JAKARTA, KOMPAS.com - Belum lama ini terjadi kecelakaan maut di Jalan Raya Klari-Cikampek, tepatnya di Tamelang, Purwasari, Karawang, Jawa Barat, Minggu (15/5/2022).
Kecelakaan tersebut melibatkan satu unit Elf, mobil pikap, dan sejumlah pengendara motor.
Kejadian bermula saat Elf ugal-ugalan dan melaju kencang dari arah Karawang menuju Cikampek. Tak lama kemudian, mobil Elf itu menabrak pembatas jalan dan melompat tinggi ke arah seberang jalan.
Saat itu, Elf menabrak belakang pikap yang ditumpangi sekitar 10 orang, dan menabrak 4 motor. Elf tersebut berhenti setelah motor yang ditabrak masuk ke kolong Elf.
Akibatnya, tujuh orang dinyatakan tewas dalam kecelakaan tersebut.
Baca juga: Pengendara Motor Wajib Pakai Helm SNI, Ini Spesifikasinya
Dikutip dari Kompas.com, Kepala Dusun Kaputren, Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, Yahya Sunarya mengatakan, saat mengendarai mobil tersebut, sopir Elf mengaku dalam keadaan mengantuk.
“Informasi yang saya terima itu ngantuk,” ucap Yahya, Senin (16/5/2022).
Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu kembali mengingatkan, bahwa berkendara dalam keadaan mengantuk sama bahayanya seperti dalam kondisi mabuk.
“Jangan pernah memaksakan, lebih baik berhenti sebentar untuk menghilangkan rasa kantuk tersebut. Sebab, otak terlambat memberikan tanggapan akan tangkapan indera kita. Ketika dalam kondisi berkendara, tidak fokus selama beberapa detik saja bisa berakibat fatal,” ujar Jusri.
Menurut Jusri, kejadian yang dapat dialami para pengemudi di jalan adalah gejala microsleep. Ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang hendak melakukan perjalan jauh.
“Microsleep itu keadaan badan tertidur hanya sesaat. Mungkin sekitar 1 sampai 30 detik. Bisa juga saat mata terbuka, saat tengah berkendara. Ini tentu berbahaya,” katanya.
Jika pengemudi sejak awal merasakan kantuk atau lelah, Jusri menyarankan, sebaiknya gunakan transportasi lain atau segera berhenti di tempat aman.
Bisa juga diisi dengan aktivitas lain yang sifatnya menghilangkan kantuk. Seperti mendengarkan musik, mengajak penumpang yang ada di sebelah untuk mengobrol, ataupun stimulasi otak dengan membaca apa yang terlihat.
“Apabila sudah tidak kuat, lebih baik pengemudi cari tempat yang benar-benar aman dan tidur, kemudian setelah segar diperbolehkan melanjutkan perjalanan lagi,” kata Jusri.
Sementara itu, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menambahkan, ketika mengemudi harus mempertahankan fokus, kewaspadaan dan kondisi fisik.
Hal ini bisa didapat dari istirahat yang berkualitas. Istirahat berkala selama di perjalanan, asupan makanan dan minuman yang benar, serta menjaga emosi. Sehingga oksigen di dalam darah lancar.
Baca juga: Tips Memilih Helm yang Nyaman buat Pengendara Motor Wanita
Menurutnya, ada satu hal yang jarang dilakukan oleh pengendara yakni Commentary Driving. Commentary Driving merupakan sebuah metode berkendara dengan menyebutkan potensi-potensi bahaya dan dengan berbicara secara otomatis sehingga rahang bergerak memompa oksigen ke otak.
“Metode ini juga membuat pengemudi mampu bereaksi positif ketika harus mengantisipasi. Ini standar cara berkendara dengan defensive (proaktif), mudah tapi tidak banyak yang tahu. Kalaupun tahu, tidak dilakukan karena merasa belum ada manfaatnya,” kata Sony.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.