JAKARTA, KOMPAS.com - Berkendara dengan kecepatan tinggi saat keadaan jalan sedang basah membuat mobil rawan terkena aquaplaning. Hal ini sangat berbahaya baik bagi pengemudi maupun pengguna jalan yang lain.
Saat mengalami aquaplaning, kendaraan akan menjadi lepas kendali. Mobil berpotensi untuk bergerak liar dan menabrak objek lain yang ada di jalan.
Terjadi baru-baru ini di Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Jumat (22/4/2022). Truk pikap adu banteng dengan Toyota Kijang. Terekam dalam video unggahan Instagram @dashcamindonesia, keadaan jalan saat itu basah dan diduga licin.
Baca juga: Kecelakaan di Pelintasan Kereta Api, Jangan Cuma Fokus Salah Mobil dan Motor
Truk pikap tersebut terlihat melaju dalam kecepatan yang cukup tinggi sebelum akhirnya hilang kendali di tikungan. Akibatnya, truk pikap tersebut menabrak Toyota Kijang yang sedang melaju dari arah berlawanan.
Saat permukaan jalan basah, pengemudi mobil harus lebih berhati-hati karena jalanan menjadi lebih licin. Ini juga membuat traksi atau cengkeraman ban terhadap aspal atau jalanan semakin berkurang, memperbesar potensi slip.
Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menjelaskan, aquaplaning merupakan kondisi slip di mana roda melayang akibat lapisan film air. Untuk menghindarinya, pengemudi harus mengurangi kecepatan saat melewati jalan yang basah.
"Begitu ada hujan, atau permukaannya basah, kecepatan kita harus diturunkan. Sederhana bukan? Itu antisipasinya. Diturunkan. Nah, kalau kita lalai, yang terjadi adalah aquaplaning," ucap Jusri pada Kompas.com beberapa waktu lalu.
Baca juga: Gagal Menyalip, Dua Bus Adu Banteng di Purworejo
Namun jika sudah terlanjur terjadi, Jusri menjelaskan ada cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir potensi celaka. Jusri menjelaskan, pengemudi baiknya jangan panik menginjak rem, gas dan membelok-belokkan setir.
"Tahan saja. Nanti, begitu ban itu melewati genangan air, dia akan kembali menapak ke permukaan. Maka, segala upaya-upaya yang dilakukan sebelumnya oleh orang-orang, yang tidak tahu, ngerem dan lain-lain, akan memperparah kondisi aquaplaning tadi," ucap Jusri.
Jusri menjelaskan, yang membuat kacau adalah ketika pengemudi panik. Hal ini membuat pengemudi refleks melakukan berbagai hal untuk menghentikan laju mobil dengan cara-cara yang justru dapat membahayakan dirinya.
"Jadi, hindari panik. Jangan panik. Kenapa? Kalau panik, referensi kita, walaupun kita sudah terlatih, atau logika kita, enggak akan keluar," ucap Jusri.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.