KOMPAS.com - Tahun 1933 merupakan momen bersejarah bagi pemuda 18 tahun asal Korea Selatan, Chung Ju-yung.
Kala itu, ia memutuskan meninggalkan tanah kelahirannya yang terletak di bagian utara Korea (saat ini dikenal sebagai Korea Utara), yakni Tongchon, untuk mengadu nasib ke Seoul.
Keputusan Ju-yung tergolong berani dan nekat. Pasalnya, ia merantau tanpa membawa bekal materiil apa pun. Ia hanya membawa mimpi untuk mengubah hidupnya dan membawa negaranya menjadi lebih baik sebagai modal.
Seperti diketahui, kawasan Asia mengalami masa-masa sulit pada awal abad ke-20. Krisis politik dan ekonomi selepas Perang Dunia II menyebabkan negara-negara Asia, termasuk Korea, berada pada titik nadir.
Tak jarang, masyarakat juga harus menderita agar bisa bertahan hidup. Namun, di balik segala kesulitan tersebut, Ju-yung memilih untuk tidak menyerah dan tetap teguh menjaga mimpinya.
Demi bertahan hidup, ia melakukan berbagai macam pekerjaan kasar, mulai dari buruh di pelabuhan, pekerja konstruksi, hingga buruh di pabrik sirup.
Usaha kerasnya tersebut mulai memberikan hasil saat ia bekerja sebagai seorang kurir di toko beras bernama Bokeung.
Kesempatan tersebut tak disia-siakan olehnya. Ju-yung mulai mempelajari segala hal mengenai bisnis dengan baik. Dari sini, bisa dibilang perjalanannya menuju kesuksesan dalam membangun Hyundai Group dimulai, meskipun tidak selalu berjalan mulus.
Ju-yung harus jatuh bangun berkali-kali sebelum berhasil mendirikan kerajaan bisnis, Hyundai Group. Usaha bengkelnya yang ia rintis usai menjadi kurir toko sempat ludes dilalap api.
Namun, ia berhasil bangkit membangun bengkel kembali dengan strategi “pelayanan cepat”. Pada masa itu, pelayanan cepat merupakan hal baru.
Bisnisnya pun moncer karena banyak pelanggan menginginkan pelayanan cepat dan bagus tanpa menghiraukan biaya mahal. Sayangnya, usaha itu runtuh lantaran diambil alih secara paksa oleh otoritas yang menguasai Korea pada 1943.
Baru setelah Perang Dunia II usai dan Korea merdeka, Ju-yung kembali membikin usaha bengkel mobil. Usaha ini tergolong berhasil. Ia pun dapat mempekerjakan 100 orang.
Bisnis bengkel itu kemudian ditransformasikan menjadi usaha konstruksi usai Ju-yung melihat potensi di sektor tersebut. Ia menamai perusahaan konstruksi barunya Hyundai Civil Industries pada 1947. Perusahaan ini merupakan cikal bakal Hyundai Group.
Selama menjalankan bisnis, Ju-yung selalu berpegang teguh pada mimpinya mengubah Korea jadi lebih baik dan visinya dalam membantu sesama manusia. Dengan begitu, ia dapat ikut serta membantu masyarakat Korea Selatan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Meski begitu, ia kerap ditertawakan oleh beberapa temannya saat berbicara mengenai mimpi-mimpi yang ia punya.
Ia tak pernah menanggapi secara serius masalah tersebut. Ia tetap berpegang teguh pada keyakinannya, yakni mampu membawa perubahan bagi banyak orang dan negara yang dicintainya.
“Semua perkembangan kemanusiaan tercipta berkat inisiatif orang yang berpikiran positif,” tutur Ju-yung.
Saat menjalankan Hyundai, Ju-yung dikenal sebagai pribadi yang visioner dan pantang menyerah. Namun, bagi sebagian besar orang, visinya kerap dianggap mustahil diwujudkan.
Ju-yung dinilai terlalu muluk dan tak realistis dalam menjalankan bisnis.
Meski begitu, Ju-yung berhasil membuktikan bahwa anggapan banyak orang terhadap dirinya ternyata salah.
Ia mengatakan kepada kolega ataupun rekan kerjanya bahwa tidak ada lompatan besar tanpa diiringi dengan risiko.
Benar saja, ia membuktikan hal tersebut dengan berani mengambil banyak risiko dalam membesarkan Hyundai.
Kalimat yang diucapkan Ju-yung tersebut seakan menjadi pelecut semangat sekaligus pedoman bagi rekan-rekannya agar percaya bahwa memiliki keyakinan dan keberanian merupakan hal penting untuk Hyundai Group dalam membuat perubahan.
Dari situ, proyek penting mulai berdatangan, seperti pembangunan Bendungan Soyang pada 1967, Jalan Tol Gyeongbu pada 1970, galangan kapal terbesar ketiga di dunia di kawasan Ulsan, dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kori.
Tak hanya di dalam negeri, Hyundai Civil Industries pun sukses melakukan ekspansi secara global. Hyundai mengerjakan banyak proyek di Timur Tengah, seperti Arab Shipbuilding and Repair Yard di Bahrain pada 1975 dan Pelabuhan Industri Jubail di Arab Saudi pada 1976.
Meski berhasil menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah Korea Selatan, Ju-yung tetap tidak melupakan siapa dirinya dan dari mana ia berasal.
Ia tetap memperlihatkan sikap hangat kepada siapa pun [ES1] tanpa memandang asal dan jabatan rekannya di tempat kerja.
“Masyarakat yang hebat dibangun di atas kesetaraan. Hierarki di tempat kerja hanya berlaku secara profesional dan tak menentukan nilai kita sebagai seorang manusia,” tutur Ju-yung dalam buku biografinya berjudul Born of This Land: My Life Story.
Oleh karena itu, ia sangat melarang adanya kesenjangan dan penyalahgunaan jabatan di dalam lingkungan Hyundai Group.
Bagi Ju-yung keberhasilan yang telah ia raih merupakan bonus dari mimpinya yang ingin menyejahterakan masyarakat Korea Selatan saat kali pertama merantau ke Seoul.
Adapun salah satu mimpi mulia itu ia wujudkan dengan membangun Asian Foundation pada 1977.
Melalui lembaga tersebut, Ju-yung ingin berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang kurang mampu lewat hasil jerih payahnya bersama Hyundai.
Selain itu, ia ingin masyarakat mendapatkan bantuan yang layak terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan, dan finansial melalui program corporate social responsibility (CSR).
Saat Ju-yung berusaha untuk mempromosikan program tersebut pada akhir 1970-an, banyak masyarakat Korea Selatan memandang sinis akan ide tersebut.
Apalagi, era itu merupakan masa yang berat bagi hampir seluruh masyarakat Korea Selatan dari segi ekonomi. Pasalnya masyarakat Korea Selatan masih merasakan dampak dari perang saudara yang terjadi pada 1950-1953.
Meskipun demikian, Ju-yung tetap memprioritaskan program kesejahteraan sosial tersebut. Ia yakin, perusahaan akan lebih bermakna jika fondasi yang ada di dalamnya, seperti karyawan dan masyarakat tetap sehat dan berpendidikan.
Ju-yung mengatakan, penyakit dan kemiskinan seperti lingkaran setan. Penyakit mendorong orang ke dalam kemiskinan. Sebaliknya, kemiskinan akan membuat orang tidak mendapatkan akses terhadap fasilitas kesehatan.
“Hyundai mampu terus berkembang berkat kesehatan dan kompetensi tenaga kerjanya. Sudah lama saya berharap agar kekayaan Hyundai dapat dimanfaatkan secara berarti untuk orang-orang yang membutuhkan,” ujar Ju-yung seperti dikutip dari en.hdec.kr, Senin (5/4/2021).
Oleh karena itu, ia selalu berusaha mengingatkan dirinya dan seluruh karyawan yang ada di Hyundai untuk tak sekadar mencari keuntungan material, tetapi juga terus berinovasi agar dapat memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat.
Visi dan nilai perusahaan yang dibangun Ju-yung pun masih diimplementasikan hingga sekarang. Hyundai Motor Company sebagai bagian dari Hyundai Group mengusung visi “Progress for Humanity” agar kehadiran mereka dapat menjadi solusi dari segala permasalahan.
Lewat visi itu pula, Hyundai Motor Company ingin menjadi penghubung bagi mimpi banyak orang, tak hanya bagi masyarakat Korea Selatan, tetapi juga dunia.
Di Indonesia, Hyundai Motors Indonesia (HMID) mewujudkan visi tersebut melalui slogan “Driving Meaningful Innovation”. HMID ingin masyarakat Indonesia merasakan manfaat dari kehadiran produk kendaraan Hyundai yang ada.
Tak sekadar sebagai alat transportasi, tetapi juga solusi untuk kenyamanan dan penghubung dengan orang terdekat.
Untuk yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai slogan Driving Meaningful Innovation, silakan kunjungi tautan berikut.
Bagi Anda yang tertarik mencari informasi seputar Hyundai, silakan kunjungi situs web di laman ini
Agar tak ketinggalan informasi terbaru mengenai Hyundai, jangan lupa juga untuk mengikuti akun media sosial mereka, seperti di kanal Youtube Hyundai Motors Indonesia, Instagram @hyundaimotorindonesia, Facebook Hyundai Motors Indonesia, dan Twitter @hyundaimotorid.
Artikel ini merupakan bagian pertama dari seri mengenai perjalanan Hyundai dan semangat Driving Meaningful Innovation yang dikobarkan di Indonesia hasil kerja sama Kompas.com dan HMID.