Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/06/2021, 14:41 WIB
|

JAKARTA, KOMPAS.com – Volume lalu lintas di Jakarta yang mulai padat dibandingkan saat masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB), disebut-sebut terjadi karena kebijakan ganjil genap yang belum berlaku lagi.

Berlakunya ganjil genap dinilai juga bisa membatasi mobilitas masyarakat yang ingin bepergian di Ibu Kota, sebagai upaya mengurangi penyebaran Covid-19.

Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, Muhammad Halley Yudhistira, mengatakan, kebijakan ganjil-genap berpotensi menurunkan kemacetan, namun dalam jangka panjang perlu kebijakan yang lebih komprehensif.

Baca juga: Cara Pengemudi Mengetahui bila Ada Copet di Busnya

Foto aerial suasana lalu lalang kendaraan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Senin (14/9/2020). Pada hari pertama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid II atau PSBB pengetatan di DKI Jakarta, arus lalu lintas kendaraan di sekitar Bundaran HI terpantau lancar.AFP/ADEK BERRY Foto aerial suasana lalu lalang kendaraan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Senin (14/9/2020). Pada hari pertama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid II atau PSBB pengetatan di DKI Jakarta, arus lalu lintas kendaraan di sekitar Bundaran HI terpantau lancar.

"Jangan sampai kita over-expectation terhadap ganjil-genap,” ujar Yudhis, dalam webinar yang diselenggaran Dewan Transportasi Kota Jakarta (2/6/2021).

“Karena ada beberapa kebijakan juga yang membuat orang menjadi over-expectation sehingga menjadikan obat yang cespleng (manjur, Red)," kata dia.

Yudhis mengatakan, berdasarkan studi yang dilakukannya ditemukan bahwa gage memang menurunkan volume lalu lintas namun angkanya tidak besar, sekitar 3-4 persen dan cenderung lebih besar saat akhir pekan.

Baca juga: Ini Alasan Kenapa Sepeda Motor Pakai 2 Kabel Gas

Bus transjakarta melintas di Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (6/2/2020). Jumlah pengguna transjakarta telah menembus 1 juta penumpang per hari. Jumlah penumpang sebanyak 1.006.579 orang tercatat pada Selasa (4/2/2020).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Bus transjakarta melintas di Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (6/2/2020). Jumlah pengguna transjakarta telah menembus 1 juta penumpang per hari. Jumlah penumpang sebanyak 1.006.579 orang tercatat pada Selasa (4/2/2020).

"Saya tekankan di sini adalah bahwa ketika ada gage kita juga perlu pertimbangkan, bahwa ketika ada penurunan yang cukup sedikit terhadap pengguna TransJakarta atau malah enggak ada," ucap Yudhis.

Dia menduga penyebabnya warga masih banyak yang mengakali aturan supaya tetap bisa melintas pakai kendaraan pribadi di wilayah perluasan ganjil-genap.

Misalnya dengan punya mobil berpelat ganjil dan genap, memanfaatkan kelonggaran jalan, dan melintasi jalur-jalur alternatif sehingga hanya memindahkan kemacetan saja.

Baca juga: Toyota Segarkan Tampilan Alphard dan Vellfire, Segini Harganya

Foto ilustrasi penerapan Electronic Road Pricing (ERP) di Jalan Lim Teck Kim Singapura.Josephus Primus Foto ilustrasi penerapan Electronic Road Pricing (ERP) di Jalan Lim Teck Kim Singapura.

Yudhistira turut membandingkan kota lain seperti Singapura misalnya sudah menerapkan Electronic Road Pricing (ERP) menurunkan volume sebesar 15 persen. Kemudian di London dengan congestion charging juga turun 15 persen.

"Pertanyaannya kok kira-kira kita tidak turunnya (volume lalu lintas) sebesar itu? Hipotesis kami karena memang secara size penduduk Jakarta 10 juta di sensus terakhir, ini bahkan di tahun 2010, dan konteks Jakarta tidak bisa dilepaskan dari bodetabek size-nya kurang lebih 27 sampai 28 juta," tuturnya.

Menurut Yudhis, Jakarta jangan mengandalkan dengan kebijakan ganjil-genap. Transportasi umum perlu didorong sebagai alternatif transportasi dari penggunaan kendaraan pribadi.

Kemudian beragam alternatif seperti congestion charging, perlu didorong, serta implementasinya perlu dipercepat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com