JAKARTA, KOMPAS.com – Produsen baterai bernama China’s Contemporary Amperex Technology (CATL) berencana menginvestasikan 5 miliar dolar AS atau setara Rp 70,6 triliun, untuk pembangunan pabrik baterai lithium ion di Indonesia.
Indonesia belakangan ini memang gencar memproses nikel untuk digunakan dalam baterai lithium, sebagai bagian dari upaya untuk memproduksi dan mengekspor baterai kendaraan listrik. Upaya ini dilakukan agar Indonesia menjadi bagian dari rantai pasok global industri otomotif dunia.
Luhut Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, mengatakan, CATL telah menandatangani perjanjian dengan perusahaan tambang negara PT Aneka Tambang (Antam).
Baca juga: Anomali Mobil Elektrifikasi di Tengah Pandemi
Dalam perjanjian tersebut, CATL disebutkan wajib memastikan 60 persen nikel dari dalam negeri diolah menjadi baterai di Indonesia.
“Kami tidak ingin mereka membawa nikel keluar dan mengolahnya di luar negeri,” ucap Luhut, dikutip dari laman Hindustan.
Untuk diketahui, CATL akan berinvestasi 5 miliar dolar AS dan memulai produksi baterai pada 2024.
Baca juga: Banyak yang Belum Paham, Ini Bedanya Berhenti dan Parkir
Sebelumnya, Badan Koordinasi Penanaman Modal mengatakan bahwa LG Chem sedang mempertimbangkan hal yang sama.
Perusahaan baterai asal Korea Selatan itu rencananya akan menyuntikkan dana hingga 9,8 miliar dolar AS atau setara Rp 138 triliun, dalam pembuatan pabrik baterai yang terintegrasi dengan smelter.
Adapun bersama dengan Tesla, pemerintah RI memastikan akan menggelar pertemuan pada Januari 2021 untuk membahas potensi investasi dalam rantai pasokan kendaraan listrik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.