JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut bahwa kendaraan tanpa awak atau otonom (Autonomous Vehicle) merupakan wajah transportasi masa depan Indonesia.
Pasalnya, kendaraan tersebut memiliki sejumlah keunggulan yang mampu menjawab beberapa persoalan lalu lintas dan angkutan jalan di Tanah Air seperti emisi karbon serta kemacetan.
"Di samping itu, kami juga melihat bahwa pengembangan kendaraan otonom sangat erat kaitannya dengan konsep Ibu kota baru di Kalimantan Timur nanti," kata Budi dalam keterangan tertulis, Minggu (6/9/2020).
Baca juga: Kemenperin Harap Aturan Kendaraan Listrik Berlaku 2021
KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI Bentuk fisik kendaraan otonomos Navya di booth Telkomsel saat acara Asian Games di GBK Senayan, Jakarta, Kamis (23/08/2018). Mobil ini merupakan mobil tanpa awak pengemudi yang dihadirkan operator seluler Telkomsel selama acara Asian Games berlangsung.
Menurut Budi, permindahan Ibu kota negara tidak hanya sekadar memindahkan lokasi atau gedung kenegaraan saja. Tapi juga merubah berbagai aspek kehidupan menjadi lebih baik sesuai dengan konsep rancangannya, yakni smart, green, dan sustainable.
"Perubahan ini juga menyangkut sistem transportasi yang dibangun, perlu disesuaikan. Kendaraan otonom merupakan wajah baru transportasi Indonesia," ujarnya.
Adapun keunggulan kendaraan otonom, sebagaimana dilansirnya dari penelitian McKinsey Global Institute dan TU Delf research in electric and automated transport 2019 ialah mampu mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 15 persen hingga menurunkan tingkat kecelakaan di jalan raya hingga 40 persen yang disebabkan kesalahan manusia.
"Sejak 2017, Indonesia sudah menerapkan konsep ini (kendaraan otonom) pada transportasi publik yang diwakilkan oleh Kalayang Sky Train di Bandara Soekarno-Hatta," ujar Budi.
Baca juga: Kemenhub Luncurkan Regulasi Kendaraan Bermotor Listrik
KIA Motors Banyak asisten untuk pengemudi sehingga mobil bisa berjalan sendiri dengan pintar.
Kereta ini, katanya lagi, dapat digunakan oleh pengguna jasa bandara untuk melakukan perpindahan antar ketiga terminal. Seiring penggunaannya, transportasi tersebut mampu menjawab berbagai hal mengenai kendaraan umum.
"Atas dasar itu, saya percaya bahwa pengembangan kendaraan otonom merupakan wajah baru transportasi di Tanah Air. Tidaklah mengejutkan jika 5-10 tahun nanti, penjualan kendaraan otonom akan menyalip mobil konvensional," tuturnya.
Untuk mewujudkan hal itu, Budi mengatakan pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Dibutuhkan kolaborasi yang baik antara Kementerian Perhubungan dengan sejumlah pihak seperti Perguruan Tinggi, swasta, dan pihak terkait lainya.
View this post on Instagram
Pemerintah hingga saat ini masih terus berjuang melawan COVID-19. Bukan hal yang mudah bagaimana menanggulangi pandemi ini, dengan tetap mengupayakan roda perekonomian negara, serta program-program pembangunan yang sudah direncanakan, tetap berjalan. Dalam kaitan tersebut, maka pemerintah tetap memperhatikan rencana pemindahan ibu kota negara. Hal ini karena perpindahan ini tidak sekadar memindahkan lokasi atau memindahkan gedung. Perpindahan ini juga menyangkut perubahan cara kita bekerja. Sistem transportasi yang dibangun di ibu kota negara baru ini pun perlu disesuaikan. Saya kemarin (Sabtu, 5/9), berkesempatan membicarakan sistem transportasi tersebut, ketika menjadi pembicara kunci dalam Webinar yang diselenggarakan Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) ITB (@itb1920) Student Branch (@ieeeitbsb). Temanya, "Bagaimana Kendaraan Otonom Akan Mengubah Ibu Kota Baru Kita?". Sesuai Instruksi Presiden Joko Widodo (@jokowi), Ibu Kota baru akan dirancang dengan konsep Smart City, Green City dan Sustainable City. Kami melihat bahwa pengembangan kendaraan otonom sangat erat kaitannya dengan konsep ibu kota baru. McKinsey Global Institute melaporkan bahwa kendaraan otonom dapat mengurangi emisi karbon dan kemacetan, mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 15%, dan juga menurunkan tingkat kecelakaan di jalan raya hingga 40% akibat pengurangan human error. Pengembangan kendaraan ini dinilai sesuai konsep ibu kota baru, dan mendukung kebiasaan kerja baru yang lebih cepat dan efisien. Sejak akhir 2017, Indonesia sudah menerapkan konsep kendaraan umum otonom di SkyTrain (Kalayang) di Bandara Soekarno Hatta. Kalayang dapat digunakan pengguna jasa bandara untuk pindah antarterminal. Jadi, Indonesia sangat mungkin punya sistem transportasi umum yang otonom. Saya percaya bahwa pengembangan kendaraan otonom merupakan wajah baru transportasi di Tanah Air. Pasar industri otomotif Indonesia sangatlah besar. Hampir setiap rumah tangga di Indonesia memiliki minimal satu mobil atau satu sepeda motor. Dengan kondisi ini, tidaklah mengejutkan jika 5-10 tahun nanti, penjualan kendaraan otonom akan menyalip mobil konvensional.
A post shared by Budi Karya Sumadi (@budikaryas) on Sep 5, 2020 at 8:51pm PDT
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.