JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut program mandatori biodiesel 40 persen (B40) bisa dimulai untuk tahap implementasi pada Juli 2021.
Menurutnya, B40 merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk mengurangi ketergantungan impor terhadap bahan bakar minyak (BBM) dan mengurangi tingkat emisi dari kendaraan diesel.
"Untuk subsitusi, khusus mengurangi impor pemerintah menyiapkan roadmap biodiesel 40 persen. Diharapkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bisa menyiapkan uji coba dan diharapkan Juli 2021 dapat diimplementasikan," kata Airlangga di Jakarta, belum lama ini.
Baca juga: Bio Diesel B40 Mulai Uji Teknis, Siap Dites Maret 2020
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun menyambut baik rencana itu. Uji coba B40 diharapkan bisa dimulai dalam waktu dekat.
"Saat ini kita sedang menyiapkan B40. Kita lihat dahulu, campuran yang tepat untuk bahan bakar itu seperti apa. Semoga on schedule (Maret mulai lakukan tes)," kata Direktur Bioenergi Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Andriah Feby Misna, saat dihubungi Kompas.com, di kesempatan terpisah.
Sebagai catatan, pemerintah mulai mengimplementasikan biodiesel 30 persen sejak Desember 2019. Saat ini, masyarakat sudah bisa menikmati bahan bakar campuran nabati olahan kelapa sawit itu di jaringan SPBU Pertamina.
Lebih lanjut Airlangga menjelaskan B40 merupakan bagian dari roadmap industri 4.0 pemerintah yang di dalamnya termasuk hilirisasi impor, substitusi, berbasis farmasi dan industri lain.
Baca juga: SUV Murah Suzuki XL7 Sudah Terjual 1.200 Unit
Dia pun mengatakan hilirisasi produk ekspor selain untuk CPO juga dilakukan di sektor mineral seperti bauksit yang bisa menjadi aluminium dan alumina serta nikel menjadi stainless steel.
"Sedang dibangun beberapa proyek di Kalimantan Barat maupun di Pulau Bintan diharapkan kapasitas aluminium 1 juta ton 2021. Sedangkan hilirisasi dari nikel ore diharapkan produksi stainless steel juga akan meningkat dan bahkan target ekspor sampai sekarang sudah mencapai 7 miliar dollar AS," kata Airlangga.
"Diharapkan dengan diselesaikan 1 project lagi di Morowali itu karbon steel yang diproduksi bisa menambah sekitar 3 miliar dollar AS," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.