JAKARTA,KOMPAS.com - Bagi pengguna mobil pribadi yang tengah bersiap untuk menempuh perjalanan libur Natal dan Tahun Baru, Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi, mengimbau untuk selalu waspada dan mengutamakan keselamatan.
Terutama bagi pemudik atau yang ingin berlibur dengan melintasi Tol Cikampek dan Cipali, merupakan bagian dari rangkaian Tol Transjawa. Untuk ruas Cikampek, yang patut diwaspadai adalah akses baru, yakni Tol Layang Jakarta-Cikampek atau Elevated II.
"Mengingat ini menjadi sesuatu yang baru dan ditambah musim liburan, maka otomatis akan mendatangkan euforia tersendiri. Dikhawatirkan banyak pengendara yang terbawa suasana dan mengabaikan soal keselamatan yang konteksnya masalah kecepatan berkendara," kata Budi saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (13/12/2019) lalu.
Baca juga: Volume Kendaraan di Tol Cipali Diprediksi Naik 9,6 Persen
Budi menjelaskan, pengendara yang hendak melintasi ruas Tol Layang Cikampek untuk tetap menjaga kecepatan mobilnya sesuai regulasi, yakni maksimal 80 kpj. Selain itu, pastikan juga kendaraan dalam kondisi yang sehat.
Menurut Budi, meski secara infrastruktur tol terpanjang di Indonesia itu cukup aman, namun bila kendaraan mengalami masalah seperti ban yang kurang tekanan udara atau melebihi batas kecepatan maka akan sangat fatal dampaknya.
"Bayangkan bila sampai terjadi kecelakaan seperti ban pecah dan hilang kendali, sangat fatal karena bisa terjatuh atau bahkan pindah jalur. Kecepatan tolong dijaga, ingat banyak pengguna jalan lain juga di sana," ujar Budi.
Baca juga: Mau Melintas di Tol Layang Jakarta-Cikampek, Perhatikan Hal Ini
Setelah diresmikan pada 12 Desember 2019 lalu oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), akhir Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek sudah bisa dilintasi untuk umum, mulai 15 Desember 2019. Menurut PT Jasa Marga (Persero) Tbk, untuk tahap awal pengoperasiannya masih tanpa tarif.
Sementara untuk Tol Cipali, menurut Budi sampai saat ini juga masih menjadi salah satu lokasi rawan kecelakaan, baik yang menuju ke Jakarta atau sebaliknya. Dengan karakter jalan yang lurus serta berdimensi kecil, potensi kecelakaan di Cipali memang cukup besar.
"Kalau arah ke Jakarta itu biasanya terjadi karena pengendara yang lelah, karena bila dia dari Jawa Tengah atau Jawa Timur biasanya masuk ke Cipali itu pagi, artinya mereka sudah berjalan berjam-jam jadi ada potensi kelelahan dan hilang konsentrasi," ucap Budi.
"Lebih baik jangan memaksakan diri bila memang sudah lelah atau mengantuk. Cari lokasi istirahat agar badan kembali bugar dan bisa melanjutkan perjalanan," kata dia.
Baca juga: Enam Nyawa Melayang di Cipali, Ingat Pentingnya Jam Biologis Tubuh
Mengutip dari Kompas Properti, Presiden Direktur PT Lintas Marga Sedaya (LMS) Firdaus Azis mengungkapkan, penyebab kecelakaan di Tol Cipali didominasi aspek kelelahan yang mencapai 84,5 persen dari total kecelakaan sebanyak 967 kasus sepanjang Januari hingga November 2019.
Penyebab kedua dikarenakan oleh kondisi kendaraan yang tidak prima dengan angka 14,5 persen atau sebanyak 149 kasus, dan faktor lingkungan dengan satu kasus. Sementara faktor fisik jalan tol dinilai aman untuk dilalui.
Berdasarkan data, angka kecelakaan terebut tergolong mengalami penyusutan dalam tiga tahun terakhir, namun fatalitas kecelakaan justru meningkat dengan jumlah korban kecelakaan yang tewas lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya.
Firdaus mengakui, Tol Cipali merupakan salah satu titik lelah dari jaringan Jalan Tol Trans Jawa, terutama dari arah Jawa Timur, dan Jawa Tengah menuju barat.
"Banyak pengendara yang lelah dan kehilangan konsentrasi, tapi mereka memaksakan diri untuk meneruskan perjalanan. Padahal, hal itu berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain," ujar Firdaus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.