Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Mobil Produksi Indonesia Cocok Buat Pasar Australia?

Kompas.com - 01/10/2019, 09:42 WIB
Dio Dananjaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Lewat perjanjian perdagangan Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA), mobil produksi Tanah Air berpeluang untuk mengisi pasar Negeri Kangguru dengan tarif lebih terjangkau.

Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Ditjen ILMATE Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika, dalam laporan sebelumnya telah memastikan bakal ada sejumlah produsen otomotif dalam negeri yang sedang melakukan berbagi kajian untuk bisa mengekspor kendaraan ke Australia.

Apalagi dengan berhenti diproduksinya sejumlah pabrik mobil di Australia, karena dianggap tak menguntungkan bagi sejumlah merek. Kini untuk memenuhi kebutuhannya, Australia mengandalkan impor dari beberapa negara.

Baca juga: Indonesia Bisa Isi Pasar Otomotif Australia, Siapa yang Siap?

Tenaga Ahli Bidang Perjanjian Internasional Kementerian Perdagangan Rico Nugrahatama, mengatakan, jika Australia berpotensi besar menjadi tujuan ekspor kendaraan dari Indonesia.

“Karena permintaan di sana cukup tinggi. Selain itu, di sana sedikit sekali produk yang diproduksi dalam negeri, enggak signifikan jumlahnya, kebanyakan impor semua,” ujarnya kepada Kompas.com (30/9/2019).

Ia juga mengatakan, antara Indonesia dengan Australia punya regulasi yang agak mirip. Misalnya tidak ada pengaturan emisi yang ketat bagi sejumlah produsen kendaraan.

Baca juga: Ditantang Ekspor ke Australia, Toyota Andalkan SUV

“Di Indonesia tidak mengatur CO2 misalnya. Sebab kalau ke Eropa, di sana sudah mengatur produk-produk yang lebih eco friendly, standar regulasinya lebih ketat. Selain Eropa, Skandinavia juga ketat,” ucap Rico.

Untuk diketahui, potensi pasar otomotif di Australia tiap tahunnya bisa menyerap hingga 1,1 juta unit. Dari total pasar tersebut, sekitar 70 persen komposisinya diisi mobil penumpang, sementara sisanya merupakan kendaraan komersial.

“Dengan adanya perjanjian dengan Indonesia, kita harapannya bisa segera catch up dan menyaingi negara-negara di Asia Tenggara untuk ekspor ke Australia,” katanya.

Walau hanya mengandalkan impor, volume pasar Australia tidak bergeser jauh, paling tidak dalam lima tahun terakhir. Permintaan tertinggi terjadi tahun 2016, dengan total 1,17 juta unit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
China Minta AS Cabut Perintah Terkait Minyak Asal Venezuela
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau