Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Bangun Pabrik "Lithium Battery" Terbesar di Morowali

Kompas.com - 29/11/2018, 17:24 WIB
Stanly Ravel,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, mengumumkan bila dalam waktu dekat pemerintah akan melaksanakan ground breaking pembangunan pabrik lithium battery. Pabrik tersebut akan dibangun di Morowali, Sulawesi Tengah.

Menurut Luhut, pabrik lithium battery yang akan dibangun dengan kesiapan kurang dari satu tahun tersebut akan menjadi pabrik produsen lithium battery terbesar di dunia.

“Segera kita akan ground breaking di Morowali, dan itu adalah produsen lithium battery terbesar di dunia. Jadi kalau kita mau, yah kita bisa, kalau kepentingan nasional itu yang utama, segalanya pasti bisa. Indonesia harus jadi pemain utama lithium battery dan ini adalah fokus kita yang sangat penting. Kita yang nanti akan kontrol market dunia,” kata Menko Luhut dalam siaran resmi dalam siaran resminya, Kamis (29/11/2018).

Baca juga: Dualisme Charger Mobil Listrik Antara Pertamina dengan PLN

Tidak hanya itu, Luhut juga menyinggung soal pengembangan mobil listrik. Menurutnya, pengembangan baterai listrik menjadi salah satu faktor utama untuk keberhasilan mobil listrik.

Dengan adanya pabrik lithium battery di Indonesia, Luhut mengklaim akan mampu menekan harga mobil listrik ke depannya. Apalagi Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia.

Mobil listrik kreasi bersama Universitas Budi Luhur dan ITS dalam seremoni Blits Explore Indonesia, di Universitas Budi Luhur, Jakarta (12/11/2018).Dok. Universitas Budi Luhur Mobil listrik kreasi bersama Universitas Budi Luhur dan ITS dalam seremoni Blits Explore Indonesia, di Universitas Budi Luhur, Jakarta (12/11/2018).

“Jadi akan bermuara pada lithium battery, ini akan menjadi faktor kunci karena akan menekan harga mobil listrik, lithium battery mengarah kepada kandungan nikel yang semakin besar. Jangan lupa, kita pun penghasil nikel terbesar di dunia, dan harganya juga merangkak naik sekarang ini. Saat ini lithium battery juga bisa didaur ulang, apabila ini berjalan tentu ini juga akan menekan emisi gas rumah kaca dari kendaraan berbahan bakar fosil,” ucap Luhut.

Luhut menilai demi ketahanan an keamanan energi, Indonesi sudah perlu melakukan pengembangan sumber energi terbarukan. Apalagi dengan latar belakang produksi minyak bumi, gas alam, dan batu baru nasional yang menurut data cenderung mengalami penurunan.

Baca juga: Studi Kendaraan Listrik Tahap Awal, Ini Kata Kemenperin

Untuk produksi minya bumi dari data diklaim turun 0,21 persen per tahun, sementara konsumsnya tumbuh 2,1 persen per tahun. Begitu juga dengan gas alam serta batubara yang secara tren produksi terus menurun, belum lagi selama 15 tahun lebih untuk minyak bumi tidak ada eksplorasi baru yang dikhawatirkan dapat berpengaruh besar terhadap ketahanan energi bangsa.

“Potensi kita di renewable energi sangatlah besar, namun pemanfaatan atau utilisasi kita masih rendah. Pengembangan teknologi renewable energy ini akan semakin pesat seiring dengan semakin terjangkaunya teknologi baterai listrik atau lithium battery. Ini dapat mendorong pengembangan energi terbarukan,” ujar Luhut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau