Jakarta, KompasOtomotif – Pemerintah Indonesia lewat Kementerian Perindustrian tengah menggodok regulasi terkait program lanjutan, low carbon emmision vehicle (LCEV). Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bahkan menargetkan regulasi akan rampung tahun ini, sehingga program bisa bergulir setidaknya 2018.
Bicara soal program LCEV, pihak PT Nissan Motor Indonesia (NMI), mengatakan sudah punya teknologi jagoan yang disiapkan untuk ikut serta dalam program ini. Davy Jeffery Tuilan, Vice President Nissan Sales & Marketing, mengatakan, kalau program LCEV, sudah sejalan dengan pengembangan teknologi Nissan di masa depan, yakni menciptakan kendaraan yang lebih ramah lingkungan, sesuai konsep Intelligent Mobility.
Seuai Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013 tentang Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah, program LCEV ditujukan untuk mendorong produksi kendaraan ramah lingkungan di Indonesia. Teknologi seperti mesin turbo, gas, hibrida, sampai listrik murni akan difasilitasi dengan keringanan Pajak Penambahan Nilai atas Barang Mewah (PPnBM).
Baca: Setelah Tandingi Prius, ?Hybrid? Nissan Sasar Pasar Global
Program LCEV disiapkan insentif berupa diskon PPnBM mulai 25 persen sampai 75 persen, dilihat dari seberapa irit konsumsi bahan bakar yang diperoleh, antara 20 - 28 kpl. Lantas, teknologi apa yang akan disiapkan Nissan untuk menangkap kesempatan ini?
“Kami punya teknologi yang disebut sebagai E-Power. Teknologi ini sekarang sudah digunakan pada Nissan Note dan terbukti sukses. Note E-Power merupakan model terlaris di Jepang awal tahun ini,” kata Davy kepada KompasOtomotif, Selasa (23/5/2017). Note merupakan salah satu model andalan Nissan di segmen hatchback, bersaing dengan rival seperti Toyota Yaris dan Honda Jazz.
E-Power
E-Power merupakan salah satu wujud ambisi Nissan untuk mematahkan dominasi Toyota Prius di dunia lewat teknologi hibrida. Sistem E-Power punya kemiripan dengan yang digunakan pada Chevrolet Volt, di mana konsepnya, mesin konvensional digunakan untuk generator, sehingga menciptakan aliran listrik yang digunakan untuk menggerakan roda.
Bedanya, kalau baterai pada Volt bisa diisi ulang, dengan cara mencolok kabel, sedangkan E-Power murni mengandalkan pasokan tenaga dari mesin bensin.
Nissan Note E-Power dibekali mesin 1.2 liter, tiga silinder, berfungsi sebagai generator penyuplai tenaga ke baterai lithium ion. Ukuran baterai yang digunakan E-Power juga jauh lebih kompak, 20 kali lebih kecil dari yang digunakan pada Leaf (mobil listrik murni Nissan). Nissan mengklaim, motor listrik yang menggerakan roda depan bertenaga sampai 109 tk dan torsi 254 Nm.
Berkat sistem hibrida baru ini, Nissan mengklaim kalau Note E-Power sangat irit dengan catatan konsumsi bahan bakar, 34 kpl.
“Rencananya saya mau menunjukkan langsung seperti apa E-Power itu nantinya. Tunggu saja undangannya,” kata Davy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.