Jakarta, KompasOtomotif – Agak ironis, teknologi alternatif seperti hibrida pada kendaraan diciptakan untuk memperbaiki lingkungan hidup. Namun di Indonesia, siapa saja yang punya niat memiliki mobil seperti itu perlu mengeluarkan dana lebih besar.
Mobil-mobil hibrida di Indonesia lebih cocok dikatakan simbol orang berduit ketimbang jadi lambang peduli lingkungan. Bila diperhatikan, yang tersedia saat ini dibanderol lebih dari Rp 500 juta atau beda jauh dari model standarnya.
Misalnya, Toyota Camry Hybrid dijual Rp 758,7 juta, Toyota Alphard Hybrid Rp 1,3 miliar, Lexus ES 300 h Rp 1 miliar, dan Nissan X-Trail Hybrid Rp 625 juta. Model lain, Honda CR-Z Rp 535 juta.
Satu hal yang bikin mobil hibrida mahal karena memang menggunakan teknologi bukan murahan. Selain itu semua model yang ada di Indonesia merupakan produk impor, jadi kena aturan pajak barang mewah (PPnBM).
Itulah yang bikin harga model hibrida jadi selangit. Tentu, peminatnya sedikit.
“Siapa yang sukses menjual hibrida di Indonesia? Tidak ada. Pemerintah perlu mengeluarkan keputusan strategis untuk mendukung teknologi masa depan,” kata Presiden Direktur Nissan Motor Indonesia (NMI) Antonio Zara di Jakarta, Kamis (16/6/2016).
Keputusan para wakil merek di Indonesia mengeluarkan model hibrida lebih condong mengarah ke promosi teknologi dan menstimulasi pasar. Selain itu mendukung langkah prinsipal masing-masing yang memiliki visi soal kendaraan hijau. Maksud lain, agar Pemerintah Indonesia terdorong berjalan ke arah yang sama.
“Bahkan tanpa bantuan kami mau memperkenalkan hibrida, agar pemerintah bisa mulai memikirkan hal itu. X-trail hybrid masih dijual tetapi tanpa subsidi yang layak,” kata Zara.
Biar sukses, mobil-mobil hibrida butuh bantuan insentif agar semuanya masuk akal. Beban karena impor bisa dipotong bila model-model hibrida dirakit di dalam negeri. Pemerintah kini terbaca sedang melihat peluang itu.
Menurut Zara, perwakilan dari Kementerian Perindustrian telah mengunjungi pusat teknologi Nissan Motor Co di Jepang pada Juni lalu. Materi konsultasi yang dibicarakan terkait kesiapan teknologi listrik, alternatif proposal teknologi alternatif, serta kemungkinan produksi baterai.
“Kami sedang aktif berkonsultasi, kami senang tentang pengembangan ini,” ucap Zara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.