Turin, KompasOtomotif - Adalah dua bersaudara Riccardo Tartarini dan Massimo Tartarini merupakan motor dari produsen sepeda motor dan sepeda elektrik (E-Bike) Italjet asal Castel San Pietro Terme, Bologna, Italia. Merek ini sudah hadir sejak 1959 dan berhasil eksis sampai saat ini, memegang teguh filosofi perusahaan terus menciptakan karya terbaik dari hati.
"Kami tidak mau menjadi pemain massal, tapi menciptakan produk dengan hasrat tinggi dan kecintaan kami pada seni," tukas Massimo di Turin, Kamis (6/3/2015).
Italjet didirikan oleh Leopoldo Tartarini, kakek dari Riccardo dan Massimo yang sekaligus pebalap profesional di awal 1950an. Dia pernah dikontrak oleh Benelli dan mengikuti ajang balap trans Italia, dari Milan ke Toronto dengan jarak lebih dari 1.000 km pada 1953 dan keluar sebagai juara.
Hebatnya lagi, Leopoldo mengendarai sepeda motor berkapasitas 125 cc, Benelli Leoncino dan berhasil mengalahkan 500-600 pebalap lain yang menjadi pesaing dengan mesin berpasitas berbeda, bahkan ada yang sampai 750 cc. Berkat prestasi ini, nama keluarga Tartarini mulai dipandang di dunia balap Italia.
Kecelakaan
Kemudian, sang kakek melanjutkan karir balapnya dan dikontrak oleh Ducati. Sayang dalam ajang serupa, Leopoldo mengalami kecelakaan tragis. Ia sempat loncat dari jembatan dan mendarat tepat di batang pohon besar yang mengakibatkan tulang belakangnya patah, sehingga lumpuh.
Berkat ambisi kuatnya dan mukjizat Tuhan, Leopoldo mampu sembuh dari vonis lumpuh yang diterima dokter. Dia juga berambisi kembali ke dunia pebalap profesional, tapi otoritas yang menaungi profesi ini tidak mengizinkannya.
"Karena masih punya kontrak dengan Ducati, kakek saya kemudian mengusulkan melakukan perjalan keliling dunia, mengunjungi jaringan pemasaran Ducati di seluruh dunia," beber Riccardo. Sang kakek, kemudian melakukan perjalanan dengan jarak tempuh lebih dari 6.000 km, hampir ke seluruh dunia.
Penjara
Menariknya, Leopoldo juga pernah mampir ke Indonesia ketika situasi sosial politik masih panas, sekitar 1960-an. Dulu sang kakek, lanjut Massimo, punya teman di Indonesia sehingga memutuskan mampir. Namun, karena zaman kondisi keamanan masih sangat rentan, memaksa Leopoldo dan kawannya mendekam di penjara demi alasan keselamatan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.