Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Avanzanation Journey 2014 [Tengah]

Menelisik Tiga Kebudayaan Samarinda-Kutai dengan Avanza

Kompas.com - 15/02/2014, 15:23 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Samarinda, KompasOtomotif - Perjalanan tim Avanzanation Journey wilayah Indonesia Tengah berlanjut dari Samarinda menuju Kutai, Jumat (14/2/2014). Sebelum meninggalkan Kota Tepian, rombongan tak mau kehilangan kesempatan mengabadikan beberapa lokasi selama perjalanan menarik. Setiap momen yang dilalui selama perjalanan menjadi lumbung ilmu pengetahuan, yang tak diperoleh dari balik bangku pendidikan formal.

Dayak Kenyah
Salah satunya, belajar budaya Suku Dayak Kenyah langsung di Taman Budaya Pampang di Samarinda. Mereka bermigrasi pada 1967 dari kampung halaman asli di Apokayan, Kabupaen Malinau, Kalimantan Timur. Keputusan meninggalkan desa supaya dekat dengan perkotaan, sehingga bisa memperoleh pendidikan dan akses pada kebutuhan dasar sehari-hari.

Saat ini, tidak kurang dari 800 jiwa yang tinggal di desa Pampang. Di lokasi ini seluruh tim Avanzanation Journey Indonesia Tengah sempat bercengkrama langsung dengan penduduk setempat termasuk diajari tarian tradisional.

Ada juga berbagai jenis cinderamata lokal unik yang khas, karena dibuat langsung oleh warga setempat (handmade). Mulai dari kalung, gelang, ikat pinggang, topi tengkorak, dan paling terkenal tas bambu berbentuk oval.
Masjid Terbesar
Lokasi kedua yang disambangi tim adalah Masjid Islamic Center Samarinda, yang dikenal sebagai salah satu ikon kota. Masjid ini bukan sekedar tempat ibadah warga muslim, tetapi juga pusat ilmu pengetahuan Islam. Bagunannya seluas 43.500 meter persergi dengan 7 menara. Menara utama menjulang sampai 99 meter. Empat menara di setiap sudut tingginya 70 meter dan dua menara lain di kedua sisi gerbang masuk mencapai 57 meter.

Begitu luasnya lokasi ini menjadikan masjid tersebut terbesar kedua di Indonesia, setelah Istiqlal, Jakarta. Menariknya lagi, pembangunan masjid ini juga melibatkan dua presiden Indonesia sekaligus. Pada waktu awal pembangunan, 5 Juli 2001, disaksikan langsung oleh Megawati Soekarno Putri (Presiden ke-5) dan setelah 7 tahun pembangunan, akhirnya di resmikan Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden ke-6), 16 Juni 2008.
Menyeberang
Siang menjelang sore, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Tenggarong, Kutai. Menariknya, rombongan harus menyeberang Sungai Mahakam, 1 km menggunakan kapal kelotok. Tiga Avanza dinaikkan ke perahu secara hati-hati sambil mepertimbangkan keseimbangan kapal. Butuh 15 menit bagi rombongan untuk sampai di Kutai.

Sembari menikmati perjalanan menuju tengah kota, tim menyempatkan mampir ke Istana Sultan Kutai yang juga dikenal dengan Museum Mulawarman, di Tenggarong, Kuta Kertanegara. Istana ini punya bangunan seluas 2.270 meter persegi merupakan saksi bisu dari pemerintahan Kesultanan Kutai yang berakhir pada 1960 silam.

Istana kemudian sempat dikuasai Sultan AM Parikesit sampai 1971. Bangunan ini kemudian diserahkan pada Pemerintah Daerah Kalimantan Timur, 25 November 1971. Untuk melestarikan bangunan ini, pemerintah provinsi menyerahkan tanggung jawab pengelolaan gedung pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk diubah jadi museum negara, dan diberi nama Mulawarman.
Meski hanya punya waktu singkat, rombongan menyempatkan diri untuk masuk ke dalam menyaksikan apa saja yang bisa dilihat. Ternyata banyak barang-barang sejarah peninggalan kesultanan Kutai lama, mulai dari singgasana, keris, tombak, meriam, prasasti, sampai keramik China. Malam ini, tim akan istirahat di Kutai dan melanjutkan perjalanan menuju Balikpapan, Sabtu (15/2/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau