Laba bersih perusahaan melesat 57 persen menjadi 84,3 miliar yen (Rp 10,03 triliun) pada periode Oktober-Desember 2013. Ini merupakan keuntungan terendah dibandingkan dengan produsen Jepang lain, seperti Toyota dan Honda.
Hal langsung menyorot kinerja Carlos Ghosn sebagai orang #1. Padahal dua tahun lalu, Ghosn menghantarkan Nissan sebagai produsen mobil dengan keuntungan terbanyak, khususnya setelah pulih dari tsunami di Jepang. Nissan juga menggalakkan relokasi produksi besar-besaran dari Jepang karena nilai tukar yen semakin tinggi dan masuk ke negara-negara berkembang.
Saat ini, Nissan masih berupaya memulihkan produksi yang tertunda. Termasuk, pertumbahan yang melambat di negara berkembang.
"Mulai terasa sedikit krisis di perusahaan dan Ghosn menyelesaikannya perlahan-lahan. Kondisi akan membaik, tapi butuh waktu yang panjang," beber Tsuyoshi Mochimaru, analis otomotif dari Longine di Tokyo yang dilansir Reuters (10/2/2014).
Laba Bersih
Meskipun paling kecil keuntungannya, laba bersih perusahaan tercatat naik 33 persen, lebih tinggi dari perhitungan analis Bloomberg. Sedangkan laba usaha 78,7 miliar yen, 29 persen di bawah prediksi awal.
Tiga bulan lalu, Ghosn langsung merombak susunan manajemen. Ghosn bahkan memangkas jabatan nomor dua di Nissan (COO) dan beberapa eksekutif perusahaan. Ia juga menyusun ulang lingkup cakupan bisnis perusahaan dari tiga menjadi enam kawasan utama, termasuk China untuk meningkatkan efektivitas.
November lalu, Nissan juga mengumumkan memangkas target penjualan tahun ini 15 persen. Alasannya, eksekusi yang lemah plus turunanya pertumbuhan pasar negara berkembang.
Global penjualan Nissan, pada 2013 mencapai rekor baru 5,1 juta unit dan terjadi di negara, yaitu Amerika Serikat, China dan Meksiko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.