Davoz, KompasOtomotif – CEO Renault-Nissan, Carlos Ghosn, berniat kembali menghidupkan merek di bawah naungannya di Iran, jika memang sanksi perdagangan di negara Islam itu dicabut. Diyakini, pasarnya berpotensi tumbuh hingga 50 persen.
”Saat terjadi kesepakatan (pencabutan embargo), dan produsen otomotif berkesempatan kembali, pasar di sini akan berpotensi melonjak antara 1-1,5 juta unit. Angka itu sangat wajar, karena dengan adanya sanksi internasional saja, pasar mobil di Iran bisa tembus hingga 800.000 unit,” katanya dalam wawancara dengan Bloomberg Television, yang dikutip Inautonews (24/1/2014).
Sebelumnya, dalam World Economic Forum di Davos, Swiss, Ghosn juga menyatakan bahwa pencabutan sanksi ekonomi akan membawa keuntungan untuk Renault, karena produsen yang berbasis di Perancis itu sangat populer. Harapan untuk kembali muncul karena saat ini Iran sedang melakukan proses pembicaraan untuk pencabutan embargo.
Renault menghentikan penjualan komponen dan proses perakitan di Iran tahun lalu, sejalan dengan sanksi ekonomi dan perdagangan di negara itu. Penutupan bisnis itu membuat perusahaan harus menanggung provisi 698 USD atau setara Rp 8,5 triliun dan berkontribusi menjatuhkan pendapatan hingga 95 persen selama periode penutupan.
Penjualan Renault secara global sendiri (termasuk merek Dacia dan Samsung) tumbuh 3 persen tahun lalu, menjadi 2,63 juta unit termasuk kendaraan komersial. Salah satu faktor yang membuat pertumbuhan kurang signifikan adalah berhentinya penjualan di Iran, dimana perusahaan kehilangan 64.500 pengiriman. Iran adalah pasar terbesar ke-8 Renault selama ini, bahkan mengalahkan Italia dan Spanyol.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.