Detroit, KompasOtomotif - Stefan Jacoby, Executive Vice President Consolidated International Operation General Motors (GM) menjelaskan, dihentikannya operasi seluruh pabrik GM di Australia membuka peluang impor unit lebih banyak dari pabrik di Korea Selatan (Korsel).
Bulan lalu GM menyatakan produksi lokal Australia berhenti total pada 2017, hal ini dilakukan terkait melonjaknya ongkos produksi dan masalah perekonomian. Pengumuman itu datang setelah resmi memutuskan Chevrolet hengkang dari Eropa mulai 2015. “Perang saudara” antara Chevrolet dan Vauxhall-Opel di benua biru menyebabkan GM terpojok dan akhirnya memilih fokus buat Vauxhall-Opel.
Mencari pasar ekspor baru merupakan bagian strategi “menyelamatkan” Korsel, pasalnya hampir sebagian besar mobil Chevrolet yang dijual di Eropa berasal dari sana. Australia dinilai positif menjadi pasar tambahan buat GM Korsel, namun demikian Jacoby menjelaskan, belum ada perjanjian bilateral Australia-Korsel soal tambahan ekspor-impor kendaraan.
“Kami sedang merekatkan kembali serpihan puzzle untuk pasar international,” kata Jacoby seperti dilansir Reuters, di Detroit Motor Show 2014, (16/1/2014).
Komitmen
CEO GM baru, Mary Barra, menyatakan pabrikan asal Amerika itu berkomitmen terhadap pasar Korsel. Ketika ditanyakan soal tingginya upah buruh, Barra menyatakan, dari pandangan kompetitif, naiknya upah buruh dinilai sangat penting. Hal tersebut menjadi sesuatu yang terus dicari.
Mengenai peningkatan kapasitas produksi China yang bakal akan menekan Korsel, Barra enggan berkomentar. “Seperti saya katakan sebelumnya, tujuan kami memproduksi dimana kami menjual. Kami terus mengevaluasi apa yang paling optimal, tapi saya tidak punya komentar untuk itu,” tutup Barra.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.