KOMPAS.com — Setelah 2007, mesin Kijang Innova mengalami proses pematangan “mental”. Hal itu dilakukan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi, yaitu setiap kendaraan bermotor yang dipasarkan di Indonesia harus memenuhi standar emisi gas buang Euro-2. Tujuannya untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan pemanasan global.
Tidak ada perubahan mendasarkan pada mesin 1TR-FE. Hanya ditambahkan TWC (three way cataytic converter) atau katalisator 3-jalur. Fungsi alat yang dipasang antara muffler dan mesin ini untuk mengurangi polusi seperti HC (hidrokarbon) atau bensin yang terbakar, karbon dioksida (CO2) dan nitrogen oksida (NOX).
Oksigen Sensor
Tambahan lainnya adalah oksigen sensor atau sering juga disebut AFR (air fuel ratio). Nama lainnya lambda sensor. Sensor ini dipasang pada saluran buang. Tugasnya memantau kadar oksigen yang keluar dari gas buang. Lantas membandingkannya dengan oksigen di udara bebas.
Kadar oksigen dari gas menentukan kondisi samburan, miskin atau kaya. Atau apakah pembakaran berlangsung lebih baik atau kurang sempurna. Informasi selanjutnya dikirim ke komputer mesin. Komputer pun menentukan jumlah bensin yang mesti disemprotkan. Dengan cara bisa ditentukan komposisi campuran sesuai dengan kebutuhan mesin. Misalnya saat normal, butuh tenaga untuk akselerasi atau saat mobil dikurangi kecepatannya.
Komputer Mesin
Dengan adanya oksigen sensor, maka ada juga tambahan “masukan” buat komputer mesin atau engine control unit (ECU). Hasilnya, menurut Iwan Abdurachman dari Training Toyota Astra Motor, dibandingkan mesin Innova tanpa oksigen sensor dan catalytic converter, versi terbaru saat dites di perindustrian, bisa mengirit bensin sampai 5 persen. Maklum, kalau mau bersih, juga kerjanya harus lebih efisien.