JAKARTA, KOMPAS.com - Sektor transportasi menjadi salah satu penyumbang utama polusi udara di Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh penggunaan bahan bakar minyak (BBM) berkualitas rendah.
Hal ini menjadi ancaman serius bagi kualitas udara, kesehatan masyarakat, dan ekonomi nasional. Namun, harapan baru muncul melalui rekomendasi atas penerapan standar BBM Euro IV.
Kajian terbaru yang diluncurkan Institute for Essential Services Reform (IESR) dan mitra menunjukkan bahwa penerapan standar BBM setara Euro IV dapat mengurangi polusi udara, meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, menurunkan biaya sosial-ekonomi, dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menyatakan bahwa sekitar 45 persen polusi udara di Jakarta berasal dari sektor transportasi.
Ia menekankan bahwa sebagian besar BBM yang beredar, seperti Pertalite dan Pertamax, masih berkualitas rendah dengan kandungan sulfur tinggi, jauh di atas standar Euro IV yang membatasi sulfur hingga 50 ppm.
"Polusi udara menyebabkan kerugian ekonomi signifikan, yang berdampak pada peningkatan biaya kesehatan, penurunan produktivitas, dan kerusakan lingkungan," kata Fabby dalam dikusi virtual 'Analisis Dampak Kebijakan Pengetatan Standar Kualitas BBM', Rabu (20/11/2024).
Menurut laporan Bank Dunia, polusi udara mengurangi PDB Indonesia sekitar 220 miliar dollar AS atau 6,6 persen per tahun. Fabby pun menegaskan bahwa untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi delapan persen, masalah ini harus diatasi dengan serius.
Budi Haryanto, Ketua RCCC UI, memaparkan bahwa kasus penyakit akibat polusi udara seperti ISPA, asma, dan infeksi paru-paru sangat tinggi di Jakarta.
Ia menyebutkan bahwa kualitas udara yang lebih bersih dapat mengurangi risiko rawat inap serta biaya pengobatan jangka panjang.
Julius Christian, Analis Senior IESR, menjelaskan bahwa penerapan standar Euro IV dapat mengurangi emisi polutan seperti CO, NOx, SO2, dan PM2.5 hingga lebih dari 80 persen di wilayah Jabodetabek.
"Kualitas BBM yang lebih baik dapat menurunkan lebih dari 50 persen penyakit akibat polusi udara dan menghemat biaya pengobatan hingga Rp 550 miliar per tahun di Jakarta," ujarnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/11/20/192100115/standar-bbm-yang-tinggi-kunci-pertumbuhan-indonesia