Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hasil Tes Singkat Honda e:N1 alias HR-V Listrik

KARAWANG, KOMPAS.com - Honda e:N1 resmi menyapa di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024. SUV menengah bertenaga baterai ini merupakan mobil listrik pertama Honda yang bakal meluncur di Tanah Air.

Honda mengonfirmasi bahwa e:N1 akan meluncur di Indonesia pada 2025. Waktunya disegerakan paling cepat pada kuartal pertama atau setidaknya tak lebih dari semester satu 2025.

Sebelum resmi meluncur di Indonesia, redaksi Kompas.com mendapat kesempatan untuk menjajal e:N1 di trek tertutup milik Honda Prospect Motor (HPM) di Karawang, Jawa Barat, Selasa (20/8/2024).

Treknya terbilang sederhana dengan bentuk silinder dan punya dua buah tikungan parabolik di bagian ujung. Meski demikian di trek ini sensasi akselerasi dan pengendalian e:N1 bisa dirasakan cukup efektif.

Duduk di jok e:N1 terasa nyaman. Bagian kokpitnya berbeda dengan milik HR-V karena dibekali layar 10,25 inci. Adapun di bagian tengah dasbor memakai layar lebih besar 15,1 inci. Honda e:N1 kerap disebut sebagai HR-V versi listrik.

Mobil ini pertama diperkenalkan di China pada 2022 dengan nama Honda e:NS1 dan e:NP1. Setelah itu meluncur di Eropa pada 2023 dengan nama e:Ny1.

Pengendalian

e:N1 punya tiga mode berkendara yaitu eco, normal dan sport. Kompas.com pertama menjajal model normal. Saat gas diinjak akselerasinya terbilang instan. Catatannya ialah kabinnya senyap, suara gesekan ban tidak masuk kabin.

Saat pertama menikung parabolik ke kanan dengan kecepatan antara 50 kpj-60 kpj mobil terasa anteng. Bodinya mengikuti setir dengan baik dan mobil terasa “ajek” alis mantap lahap tikungan.

Saat berbincang dengan pemandu dari Honda yang berada di kabin, dia menjelaskan bahwa e:N1 yang redaksi jajal ialah spek Thailand kemungkinan besar model 2023.

Diketahui bobot e:N1 ternyata lebih berat dari HR-V bensin. Bobot e:N1 ialah 1.662 Kg sedangkan HR-V RS yaitu 1.410 Kg. Bobot ini didapat dari baterai lithium ion yang terletak di bagian bawah.

Bisa jadi bobot lebih berat itu justru jadi keunggulan mobil ini saat bermanuver. Sebab gejala bodi limbung dan sebagainya justru jadi tidak terasa berkat setingan suspensi Honda yang mumpuni.

Untuk membuktikannya lagi redaksi mencoba tes slalom yaitu berbentuk zig-zag. Hasilnya juga sama, saat zig-zag dengan kecepatan 50 Kpj-60 Kpj, bagian bokong masih nyaman dan tidak bergeser dari tempatnya.

Putaran berikutnya redaksi coba menggunakan mode sport. Saat gas diinjak badan dan kepala tersentak ke belakang. Tenaganya berubah jadi lebih liar namun rasanya setingan suspensi tetap sama.

Bisa disebut menggunakan mode sport membuat rasa berkendara e:N1 jadi lebih menyenangkan karena tarikan lebih enteng.

Namun catatannya tes mobil yang nantinya jadi pesaing BYD Atto 3 ini dilakukan di fasilitas tertutup, belum dicoba di jalan raya untuk selap selip.

Akselerasi

Selain rasa berkendara, salah satu poin pengujian yang dilakukan ialah tes akselerasi, mumpung fasilitas ini punya trek lurus cukup panjang sekitar 800 meter.

Untuk tes akselerasi ini menggunakan mode sport. Redaksi tidak memakai model normal karena memang tujuannya untuk mencari catatan waktu paling kecil.

Saat tes dilakukan mobil berisi tiga orang, dua dari media termasuk Kompas.com dan satu orang pemandu dari Honda. Kemudian karena sifatnya hanya fisrt drive, redaksi tidak mengitung bobot orang dalam kabin.

Teknik pencatatan waktu pakai cara manual menggunakan stopwatch tidak pakai racelogic. Sehingga harap dipahami bisa saja catatan waktunya bisa lebih cepat atau lambat dari aslinya.

Berdasarkan pengetesan dari posisi diam, mobil mampu menempuh jarak 0-100 Kpj hanya dalam 7,76 detik.

Rincian spesifikasi, e:N1 dibekali baterai lithium ion dengan daya 68,8 kWh. Penggerak pakai dinamo motor listrik yang sanggup menghasilkan 150 kW atau setara 201 Tk.

Fitur

e:N1 mempunyai fitur Deceleration Paddle Selector, sesuai namanya fitur ini berguna untuk mengurangi kecepatan mobil. Konsepnya dibuat ala engine brake, di mana dinamo motor listrik punya tahanan laju.

Cara menggunakannya menarik karena dibuat seperti paddle shift yang terletak di belakang setir. Tuas sebelah kiri untuk menaikkan level dan sebelah kanan untuk mengurangi level.

Fitur deselelator pada Honda e:N1 punya tiga level yang ditandai dengan bentuk ujung panah alias chevron. Semakin tinggi levelnya maka efek deselerasi atau perlambatan makin besar dan terasa.

Deselelator bukan cuma untuk membantu perlambatan tapi juga secara otomatis mengisi daya kembali atau regeneratif ke baterai agar irit. Sistemnya bukan dari panas pengereman tapi dari motor listrik ke baterai.

Ketika mencoba fitur Deceleration Paddle Selector, cara mengetesnya ialah mobil dibuat berlari hingga 100 Kpj kemudian melepas pedal gas.

Saat memakai deselerator mobil terasa lebih cepat melambat. Namun, perlambatannya bisa dikatakan mulus sehingga penumpang belakang tetap nyaman dan tidak merasakan pengurangan kecepatan tiba-tiba.

Selain beberapa alasan tersebut, Kompas.com menilai fitur deselelator pada e:N1 juga jadi bagian penting supaya mobil punya rasa berkendara yang mirip-mirip mobil bensin.

https://otomotif.kompas.com/read/2024/08/22/082200415/hasil-tes-singkat-honda-en1-alias-hr-v-listrik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke