JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai upaya menekan tingginya polusi dari penggunaan kendaraan pribadi, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) telah memiliki beberapa langkah.
Salah satunya melalui penetapan quic win pengembangan rute angkutan umum berbasis jalan, khususnya JRC, feeder LRT Jabodetabk dan Transjabodetabek.
Namun tak hanya itu saja, upaya mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan dengan berbasis listrik dalam penyediaan transportasi umum seperti bus listrik juga ikut dilakukan.
Menurut Plt. Sekretaris BPTJ Hananto Prakoso, potensi pasar angkutan umum sangat besar dengan adanya lebih dari 75 juta pergerakan di Jabodetabek, sementara capaian modal share pada 2023 baru mencapai 20 persen dari 60 persen total pergerakan di Jabodetabek.
"Kami telah mengidentifikasi, angkutan umum massal saat ini hanya berpotensi melayani 7,97 juta atau 25,18 persen penduduk Jabodetabek jika dihitung 500 meter dari titik simpul," ucap Hananto dalam keterangan resminya, Selasa (30/4/2024).
Untuk wilayah Jakarta, potensi melayani angkutan umum massal mencapai 7,3 juta jiwa atau lebih dari 65 persen penduduk Jakarta.
Sementara untuk wilayah Bodetabek, lanjut Hananto, cakupannya kurang dari 5 persen atau hanya 656.000 jiwa saja.
Layanan bus listrik ini tentunya perlu dikembangkan dan diperluas cakupannya untuk menunjang mobilitas dari wilayah Bodetabek menuju kota Jakarta dan sebaliknya.
"BPTJ secara bertahap membangun kolaborasi, komitmen, dan komunikasi dalam menyiapkan angkutan umum berbasis listrik yang nyaman, berkelanjutan baik dengan pihak perbankan, developer, serta Kementerian/Lembaga terkait," kata Hananto.
Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Hendra Iswahyudi menyampaikan, sektor transportasi berperan penting dalam menghemat energi selain sektor industri dan rumah tangga.
"Elektrifikasi kendaraan menjadi pendukung pengembangan reduksi emisi. Sebagai gambaran sektor transportasi pada 2022 memiliki konsumsi 429 MBOE. Terdapat potensi penghematan energi 15-35 persen dengan strategi implementasi pada angkutan umum (BRT/ MRT/ LRT) dengan melakukan fuel switching dari BBM ke gas, hidrogen, serta listrik," ujar Hendra.
Lebih lanjut dijelaskan, ekosistem angkutan umum berbasis listrik di wilayah Jabodetabek sebenarnya sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu.
Mayasari Bakti misalnya, telah mengoperasikan bus listrik sejak 2022 dan kini telah memiliki 52 unit armada bus listrik serta 15 unit charging station. Sinarmas Land, salah satu developer pemukiman di Jabodetabek, juga mengoperasikan satu unit bus listrik BSD Link di sekitar kawasan BSD City.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/05/01/093100315/upaya-bptj-akselerasi-angkutan-umum-berbasis-listrik-di-jabodetabek