Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perang Harga Mobil Listrik Bakal Berlanjut, China Tidak Mau Berhenti

JAKARTA, KOMPAS.com - Perang harga mobil listrik antar produsen otomotif China agaknya akan berlanjut dalam beberapa tahun ke depan. Kondisi tersebut seiring menumpuknya pasokkan (suplai) akibat kelebihan produksi.

Apalagi merek-merek lain yang mungkin kurang familiar di dunia otomotif mulai ikut untuk meramaikan pasar baru itu, sebut saja Xiaomi.

Ini membuat BYD, Li Auto, sampai Tesla secara tidak langsung ikut terseret pada arus persaingannya.

Dilansir Reuters pada Rabu (24/4/2024), National Development and Reform Commission (NDRC) menyebut bakal ada lebih dari 110 model kendaraan energi baru dari jumlah 150 mobil baru yang akan dirilis pada tahun ini.

Beberapa di antaranya, diperkenalan Beijing Auto Show yang mayoritasnya akan diisi oleh merek China dengan hampir 400 kendaraan baru terbarukan (termasuk prototipe).

Seiring dengan hal tersebut permintaan atas mobil listrik juga terus bergerak positif di global. Sehingga sejumlah perusahaan otomotif China melihat ada peluang untuk menyalurkan produk-produknya ke sana.

NDRC lantas berharap permintaan konsumen untuk kendaraan energi baru seperti kendaraan listrik dan hibrida plug-in (PHEV) mampu terjual hingga 2,1 juta unit pada 2024.

Menyikapi situasi ini, perusahaan otomotif swasta terbesar di China seperti BYD dan Li Auto justru menghadirkan tiga merek kendaraan energi baru dengan level tertinggi.

Ini menjadi sebuah tanda produsen China tengah mengalami kelebihan pasokan dan berencana mengirimkan lebih banyak kendaraan kepada konsumen hingga 2,3 juta unit di tahun ini.

Alhasil, rendahnya nilai baterai dan proporsi ekonomi menjadi tolok ukur utama penurunan harga kendaraan EV. Jenis kendaraan ini diperkirakan akan turun hingga 10 persen di kota Shenzhen, China, dilanjutkan ke wilayah lain.

Laporan NDRC menambahkan BYD dan model Denza sebagai pelopor pemangkasan harga tertinggi telah lebih dulu menurunkan harga untuk lima model kendaraannya di bulan April ini hingga mencapai 7,15 persen sampai 9,7 persen.

"Segala sesuatu semakin murah di China. Bukan karena murahan, tetapi ini karena kecepatan inovasi," ucap David Li, CEO Hesai, perusahaan pemasok LIDAR dan teknologi self driving.

Menanggapi desakkan produsen China tersebut, perusahaan otomotif asal Amerika juga seperti Tesla juga turut andil memangkas harga kendaraan miliknya.

Bagaimana tidak, Tesla yang sudah hampir empat tahun berturut menjadi produsen mobil listrik terlaris terpaksa didepak oleh BYD pada tahun 2023 karena penurunan penjualan.

Penurunan tersebut masih terus berlangsung di kuartal I/2024, yang membuat keuntungan perusahaan turun menjadi 16,4 persen. Angka itu lebih rendah dari perkiraan Wall Street yaitu 17,6 persen atau margin di awal 2022 lalu yakni 30 persen.

https://otomotif.kompas.com/read/2024/04/24/164100115/perang-harga-mobil-listrik-bakal-berlanjut-china-tidak-mau-berhenti

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke