KLATEN, KOMPAS.com - Berkendara bukan soal target sampai tujuan tepat waktu atau lebih cepat, tapi juga soal keselamatan semua penumpang.
Sehingga, waktu istirahat menjadi hal yang perlu diperhatikan bagi semua pengemudi agar selama perjalanan jauh tidak berisiko mengalami kecelakaan.
Jangan sampai waktu istirahat tertunda karena buru-buru ingin sampai di tujuan. Justru perilaku ini tidak aman dan harus diperbaiki.
Marcell Kurniawan, Training Director The Real Driving Centre (RDC) menjelaskan, sikap semacam ini sangat tidak dianjurkan, namun sayangnya masih banyak terjadi.
Kebanyakan pengendara baru beristirahat itu harus nunggu, ditunggu dulu kalau sudah capek sekali, ini keliru dan tidak safety,” ucapnya kepada Kompas.com, belum lama ini.
Marcell membagikan satu anjuran safety driving saat berkendara dengan jarak jauh, yakni tentang pengaturan waktu istirahat yang baik dan benar.
Marcell mengatakan, pelancong sebaiknya mengatur waktu istirahat berdasarkan waktu berkendara, bukan jarak tempuh. Idealnya, istirahat dilakukan selama 30 menit setelah dua jam berkendara.
“Jadi yang ideal itu istirahat setelah dua jam berkendara. Patokannya jangan tunggu sampai di kota A, Kota B. Setelah dua jam, sebaiknya menepi untuk istirahat,” ucapnya.
Pasalnya, kelelahan pengemudi diukur berdasarkan lama waktu berkendara sedangkan jarak kota A dan B bisa ditempuh dengan waktu tidak sama, tergantung situasi dan kondisi lalu lintas. Menurut Marcell tidak ada kewajiban menempuh jarak tertentu harus dalam waktu yang sudah ditargetkan.
Pola beristirahat setiap 2 jam sekali akan memberikan banyak keunggulan bagi pengendara, yakni menjaga daya tahan, ketenangan pikiran, dan memberi kesempatan bagi tubuh untuk relaksasi sejenak.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/02/12/163100215/ini-alasan-pengendara-wajib-istirahat-tiap-2-jam-saat-road-trip