JAKARTA, KOMPAS.com - Penjualan mobil listrik secara nasional terus meningkat. Untuk itu, populasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) juga harus diperbanyak ke depannya untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.
Hal tersebut diungkapkan oleh Diksi Erfani Umar, Direktur Operasi PT Haleyora Power, anak perusahaan PLN. Diksi mengatakan, selama ini, penyedia mesin charger di Indonesia masih terbatas.
"Ada beberapa pemain yang sudah masuk ke Indonesia, tapi belum bisa sepenuhnya menjawab kebutuhan pasar," ujar Diksi, saat ditemui di Jakarta, belum lama ini.\
Diksi menambahkan, SPKLU itu sangat diperlukan. Salah satunya untuk menumbuhkan ekosistem kendaraan listrik.
"Pengguna mobil listrik sebetulnya sudah mendapatkan charger bawaan. Tapi, itu tidak sepenuhnya bisa menjawab kebutuhan. Dibutuhkan lebih banyak lagi populasi SPKLU di luar (Jakarta), di tempat-tempat yang dibutuhkan oleh konsumen, seperti di mal, di rest area, dan lainnya," kata Diksi.
Diksi mengatakan, para pengguna mobil listrik bertanya-tanya, di mana mengecas mobilnya. Sementara itu, penyedia SPKLU juga bertanya-tanya, siapa yang akan menggunakannya, karena populasi mobil listrik juga belum banyak.
"Ini menjadi komitmen pemerintah, kita harus menyediakan infrastruktur yang cukup, sehingga bisa menumbuhkan kepercayaan," ujarnya.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga menargetkan tahun ini 1.030 SPKLU terpasang di Indonesia. Sementara menurut Diksi, di Indonesia saat ini baru ada sekitar 700-an SPKLU yang terpasang.
Jika dibandingkan dengan penjualan mobil listrik secara nasional, saat ini baru ada 5.849 unit, menurut data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Untuk itu, Haleyora Power bekerja sama dengan ABB, produsen penyedia alat pengecas kendaraan listrik, untuk menambah populasi SPKLU.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/08/03/183100215/jumlah-spklu-kendaraan-listrik-di-indonesia-masih-terbatas