JAKARTA, KOMPAS.com - Motor MotoGP semakin kencang tiap tahunnya. Menurut Jorge Martin, sebenarnya motor tersebut masih bisa lebih cepat lagi jika potensinya tidak dibatasi oleh performa ban.
Jika bicara soal kecepatan pada motor MotoGP, tidak hanya kecepatan maksimumnya. Tapi, harus melihat juga catatan waktunya di sirkuit. Sehingga, bisa terukur apakah kecepatannya hanya di trek lurus saja atau juga saat di tikungan.
Michelin telah menjelaskan kepada tim-tim MotoGP mengenai persyaratan minimum tekanan ban. Tapi, Martin dan beberapa pebalap lainnya merasa bahwa regulasi soal ban yang ada saat ini terkadang berbahaya dan bukannya lebih aman.
Tujuan Michelin tentu ingin memberikan keamanan dengan tekanan ban yang ditentukan, yakni 27,6 psi pada ban depan dan 24,7 psi pada ban belakang.
Namun, yang terjadi pada saat balapan adalah tekanan ban tersebut meningkat, terutama saat mengikuti pebalap lain. Tekanan ban dapat meningkat hingga mencapai titik di mana para pebalap kehilangan cengkeraman dan terjatuh.
Menurut pebalap tim Pramac Racing tersebut, motor MotoGP bisa lebih cepat jika tekanan udara pada ban tidak dibatasi oleh Michelin. Dia pun menyayangkan performa motor tidak bisa lebih maksimal.
"Menurut saya, motor ini ada di level yang belum bisa diikuti oleh ban. Menurut saya, kita bisa melaju 3 detik hingga 4 detik lebih cepat. Tapi, pada akhirnya, kami mencapai limit dari ban itu," ujar Martin, dikutip dari Crash.net, Jumat (23/6/2023).
Martin mengatakan, terkadang Michelin meminta para pebalap agar tekanan ban sesuai dengan ketentuan. Tapi, para pebalap malah merasa lebih berbahaya, karena rasanya seperti akan terjatuh di setiap tikungan.
"Ada peperangan antara pabrikan (motor) dan Michelin. Saya tahu Michelin ingin agar aman dan tidak memiliki masalah dengan ban, tapi tim selalu ingin lebih rendah. Ini adalah peperangan besar di setiap balapan," kata Martin.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/06/23/104200915/kecepatan-motor-motogp-dibatasi-oleh-kemampuan-ban