YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu perawatan mobil yang harus dilakukan pemilik adalah melakukan penggantian oli mesin secara berkala.
Secara umum, waktu penggantian oli sudah ditentukan, yaitu setiap 10.000 Km atau 6 bulan sekali. Ada pun bengkel-bengkel tidak resmi biasanya menyarankan mengganti pelumas setiap 5.000 Km atau 3 bulan.
Saran tersebut diberikan tentu saja sudah mempertimbangkan beberapa faktor, terutama mencegah terjadinya penurunan kualitas oli sebelum waktunya.
Pemilik Aha Motor Yogyakarta Hardi Wibowo mengatakan mengganti oli terlalu sering tentu tidak ada dampak buruk terhadap mesin.
“Semakin sering oli diganti maka semakin kecil peluang terjadinya penurunan kualitas oli yang dapat merusak komponen, sedangkan semakin lama oli tidak diganti akan semakin meningkatkan peluang kontaminan mengotorinya,” ucap Hardi kepada Kompas.com, Kamis (15/6/2023).
Hardi mengatakan ada banyak kontaminan yang bisa menurunkan kualitas oli mesin. Seperti kualitas udara di lingkungan sekitar, BBM, kelembaban, suhu mesin dan masih banyak lagi.
Jika pengguna mobil bisa menjaga menekan angka kontaminan yang masuk ke ruang oli, maka oli dipastikan lebih awet.
“Untuk memastikan kontaminan tidak mengotori oli lebih cepat, maka pengguna harus memastikan kualitas BBM baik, filter udara bekerja dengan optimal, dan seterusnya, jika tidak ya dengan melakukan penggantian oli,” ucap Hardi.
Jika mengganti oli mesin terlalu sering, menurut Hardi tidak ada dampak negatifnya untuk mesin. Hanya saja, ketika memutuskan menggantinya lebih sering maka Anda membutuhkan biaya perawatan lebih besar untuk membeli oli.
Jadi, penggantian pelumas yang semakin sering akan mencegah terjadinya kerusakan komponen mesin akibat kualitasnya menurun seiring masa pakainya, namun sisi negaifnya membutuhkan biaya yang lebih besar untuk perawatan mobil.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/06/16/101200115/apakah-ada-efek-negatif-jika-terlalu-sering-ganti-oli-mesin-