JAKARTA, KOMPAS.com - Saat berkendara baik di jalan tol maupun arteri harus mampu menjaga jarak minimal atau kerap disebut jarak aman antara kendaraan satu dengan lain, atau kendaraan di depannya.
Menjaga jarak penting saat kendaraan di depan ngerem mendadak, maka mobil belakang bisa terhindar dari tabrakan. Jangan sampai kejadian seperti dalam video yang diunggah oleh akun Instagram @dashcam_owners_indonesia, Minggu (24/4/2023).
Dalam rekaman dashcam salah satu pengendara, terlihat sejumlah mobil sedang melintas di Jalan Tilombok, Kecamatan Kebasen, Banyumas, Jawa Tengah.
Tak berselang lama, mobil minibus terlihat melakukan pengereman secara mendadak. Tepat di belakang minibus, terdapat mobil pikap yang memiliki jarak cukup dekat, namun pengemudi pikap berhasil mengerem sehingga tidak terjadi tabrakan.
Sialnya, mobil Toyota Innova yang berada di belakang pikap tersebut tidak dapat mengerem dengan baik, padahal tersedia cukup ruang untuk pengemudi melakukan pengereman. Alhasil, tabrakan pun tidak dapat dihindari.
Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, jarak aman mengikuti kendaraan tidak hanya soal berapa meter, tetapi kombinasi antara waktu reaksi manusia dan waktu reaksi mekanikal jika dalam kondisi ideal.
“Waktu reaksi manusia sekitar 1 sampai 1,5 detik. Sedangkan reaksi mekanikal 0,5 sampai 1 detik. Jadi menjaga jarak aman sekitar tiga detik dengan kendaraannya,” kata Jusri.
Sementara itu, Training Director The Real Driving Centre (RDC) Marcell Kurniawan menambahkan, ada beberapa keuntungan saat menjaga jarak aman ketika mengemudi.
“Pertama kita akan memiliki jarak reaksi dan jarak berhenti yang cukup. Sehingga, pengemudi bisa berhenti tepat waktu dan jarak. Dengan jarak yang tepat, pengemudi tidak akan menabrak mobil di depannya,” ucap Marcell.
Selain mencegah menabrak kendaraan yang ada di depan, menjaga jarak aman juga bisa menghindari kita dari peristiwa tabrak belakang. Pasalnya, dengan menjaga jarak aman, ketika mobil di depan melakukan pengereman, kita bisa lebih halus mengeremnya.
“Jadi kalau ada orang yang tidak menjaga jarak aman di belakang kita, dia tidak akan kaget jika kita melakukan pengereman secara halus,” kata Marcell.
Tak hanya itu, saat mengendarai kendaraan, pengemudi dituntut untuk fokus dan mengerti kondisi jalan agar selamat sampai tujuan.
“Berkendara harus fokus untuk meminimalisir human error atau kealpaan saat mengemudi,” kata Jusri.
Untuk bisa fokus, pengemudi harus dalam keadaan sehat, tidak sedang mengantuk atau di bawah pengaruh obat-obatan.
Selain itu, pengemudi juga harus mengesampingkan hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi berkendara. Seperti mengantuk, main handphone, atau bercanda bersama penumpang yang bisa mengganggu konsentrasi.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/04/25/070200415/video-innova-seruduk-pikap-ingat-jaga-jarak-dan-konsentrasi