JAKARTA, KOMPAS.com - Mobil yang jarang digunakan perlu mendapatkan perawatan khusus. Saat hanya parkir, aki dikhawatirkan mudah sekali tekor. Untuk itu, perlu perawatan dari sang pemilik.
Dalam waktu tertentu, mesin sebaiknya dihidupkan untuk mengisi daya aki. Namun, pemilik mobil perlu memperhatikan kondisi lingkungan ketika memanaskan mesin.
Knalpot mobil umumnya mengeluarkan gas buang yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Memperhatikan faktor keamanan, sejumlah pihak menilai, mobil yang berada di dalam garasi perlu dipindahkan saat memanaskan mesin.
"Bisa menggangu pernafasan. Apalagi jika garasi tidak dilengkapi ventilasi udara. Seminggu, cukup memanaskan mobil 1-3 kali. Terlalu sering juga tidak baik," ucap Nanang, Kepala Bengkel Honda Gajah Mada Semarang kepada Kompas.com, belum lama ini.
Gas buang beracun yang masuk ke dalam rumah jika terhirup dapat memicu sesak nafas. Bahaya itu dapat dihindari, pemilik mobil sebaiknya membuka pintu garasi saat mesin dihidupkan.
Lebih baiknya lagi jika mobil dikeluarkan dari dalam garasi. Saat itu, kegiatan lain seperti membersihkan lantai garasi bisa dilakukan. Oli atau radiator yang bocor akan mudah terdeteksi dari cairan yang menetes.
Garasi yang bersih diharapkan juga membuat hewan pengerat seperti tikus tidak masuk ke dalam.
Di luar garasi, pemilik dapat membersihkan mobil serta memeriksa kondisi seluruh komponen. Contohnya, cek ketinggian oli dari dipstick. Kendati jarang digunakan, kualitas oli perlu untuk diperhatikan.
"Saat tercium bau pedih, itu tandanya kandungan gas CO2 yang dihasilkan sangat tinggi. Ketika dikeluarkan, mobil bisa dibersihkan, termasuk garasinya. Kerusakan mobil yang jarang digunakan biasanya tidak ketahuan. Jadi perlu perawatan ekstra," kata Nanang.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/04/06/071200915/efek-buruk-sering-memanaskan-mesin-mobil-di-dalam-garasi