JAKARTA, KOMPAS.com - Dewasa ini Indonesia terus melakukan terobosan agar industri kendaraan listrik bisa terwujud. Hal terkait seiring perkembangan tren dunia untuk menggunakan kendaraan berbahan bakar ramah lingkungan mengurangi gas emisi.
Di samping itu, transisi dimaksud juga bisa menekan impor bahan bakar minyak (BBM), sebagaimana dikatakan oleh Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Senda Hurmuzan Kanam.
"Dua tahun lalu neraca kita kebobolan karena impor minyak terlalu banyak. Padahal energi di dalam negeri cukup," kata dia dalam FGD dengan tema "Mendukung Percepatan Industri Kendaraan Listrik Nasional" yang disiarkan YouTube, Rabu (16/11/2022).
Untuk itu, lanjut dia, perlu dilakukan transformasi energi dari energi BBM ke energi listrik. Solusinya, dengan kendaraan listrik.
"Kita memiliki 130 juta kendaraan motor. Perhari membutuhkan 800 ribu barel, sementara produksi 800 barel. Jadi kebutuhan perhari itu 1,6 juta barel dan separuhnya dari kendaraan motor," ujar Hurmuzan.
Saat itu, tambahnya, Pemerintah melakukan konversi kendaraan motor berbasis BBM ke listrik. Apabila target tersebut tercapai, minimal memangkas impor BBM.
Untuk mendukung itu, menurut dia, 2020 pemerintah melakukan konversi kendaraan motor listrik 10 unit.
"Di 2021 kami melakukan konversi kendaraan motor 100 unit. Dan tahun ini kami targetkan 1.000 unit," ungkapnya.
Program ini, kata dia, merupakan bagian edukasi bagi masyarakat. Kendaraan motor BBM bisa dikonversi ke listrik. Saat itu pun pemerintah mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bagi masyarakat.
Pihak Kementerian ESDM menargetkan, ucap Hurmuzan lagi, pada 2030 ditargetkan ada 13 juta unit kendaraan bermotor listrik sehingga penurunan impor BBM bisa optimal.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/11/18/180100115/penggunaan-kendaraan-listrik-bisa-tekan-impor-bbm