JAKARTA, KOMPAS.com - Isuzu merupakan merek yang tetap gencar menggaungkan konsep eco driving. Sebab salah satu kunci untuk menghemat biaya dalam kendaraan niaga ialah berkendara irit BBM.
Konsep eco driving semakin tepat sebab belum lama ini terjadi kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Mulai 3 September 2022, harga Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 adapun solar naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800.
Thomas Aquino Wijanarka, Instruktur Training Center PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), mengatakan, penting untuk mempelajari efisiensi dalam operasional harian dengan melakukan eco driving.
"Eco driving jelas sangat bisa membantu meminimalisir pengeluaran perusahaan. Banyak hal yang menunjang eco driving. Salah satunya adalah gaya berkendara pengemudi," kata dia di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (7/10/2022).
Thomas mengatakan, setidaknya terdapat enam hal yang perlu diperhatikan pada gaya berkendara pengemudi agar penggunaan solar bisa lebih hemat.
Berikut adalah penjelasannya:
1. Jaga kecepatan
Perlu diketahui, dalam kinerja mesin sebuah kendaraan terutama di Isuzu, kecepatan 80 kpj adalah kecepatan yang ide terutama di jalan tol yang memungkinkan kecepatan tersebut.
"Jika dikomparasikan, kecepatan 80 kpj setara 6,7 km per liter, sedangkan 90 kpj setara 6,1 km per liter, dan 100 kpj setara 5,4 km per liter," kata Thomas.
2. Jaga RPM
Dalam menjaga RPM atau putaran mesin, cenderung menginjak pedal setengah bisa lebih menghemat solar dibanding injak hingga mentok.
Demikian pula dengan RPM seperti pada keterangan di spidometer, yakni RPM 1.000-2.000 (zona hijau di spidometer) adalah kategori hemat, sedangkan RPM 3.000 ke atas (zona merah) akan jauh lebih boros.
3. Maksimalkan gigi tinggi
Maksimalkan gigi tinggi yaitu gigi 4, 5, dan 6 juga membuat kendaraan lebih hemat solar dibandingkan cenderung di gigi 3 ke bawah.
Sebab dengan RPM yang sama, laju mobil menjadi lebih jauh. Menurut catatan Isuzu, cenderung memanfaatkan gigi 6 bisa meraih 10,6 km per liter dibandingkan cenderung di gigi 4 (6,7 km per liter).
4. Jaga kecepatan konstan
Kecepatan yang konstan berarti RPM juga konstan. Dengan menjaga kecepatan konstan, maka RPM tidak naik turun dan bisa menghasilkan efisiensi solar 6,7 km per liter. Jika kita tidak konstan dalam kecepatan, maka hasilnya bisa di 6,1 km per liter, atau bahkan 5,5 km per liter.
Sebagai contoh, terkadang pengemudi berakselerasi lalu melambatkan laju dengan mengaktifkan exhaust braking atau rem knalpot.
"Rem knalpot memang berperan untuk meminimalkan beban rem cakram ataupun tromol pada roda. Namun, mengandalkannya karena kita kerap berakselerasi tiba-tiba sama saja membuang solar karena daya tertahan dalam pengereman," kata Thomas.
5. Pengereman
Pengereman yang berarti terjadi pengurangan kecepatan atau deselerasi juga berpengaruh pada efisiensi solar. Triknya adalah menghindari pengereman secara tiba-tiba walaupun sebenarnya pengemudi bisa memperhitungkan dan sadar bahwa kendaraan sudah harus stop pada jarak tertentu.
Akan lebih efisien jika pengemudi sedari awal pelambatan kendaraan sudah menggunakan engine brake atau pengereman mesin, contohnya dalam 300 meter menuju jarak yang ditentukan.
"Perbandingannya, jika melaju dan rem tiba-tiba bisa membuang 24,1 cc solar, pelambatan dengan engine brake dalam 300 meter menuju titik stop hanya menghabiskan 0,8 cc solar," ungkap Thomas.
6. Mesin menyala saat diam
Hindari mesin menyala saat diam. Misalnya saja, saat penurunan barang dalam jumlah kecil, sekadar urusan administrasi, dan lainnya yang mungkin terbilang remeh secara waktu.
Sebab saat itu sudah pasti solar terbuang percuma. Namun jika hal ini dilakukan secara sering, tentu efeknya akan berpengaruh pada total efisiensi solar.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/10/07/082200515/trik-bawa-pikap-dan-truk-solar-biar-irit-maksimalkan-gigi-tinggi