Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Konsekuensi Mobil yang Biasa Konsumsi Pertamax Beralih ke Pertalite

SEMARANG, KOMPAS.com - Tingginya harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi memicu pengguna kendaraan, terutama mobil, migrasi ke jenis yang lebih murah seperti Pertalite.

Namun di lain sisi, hal ini menimbulkan efek buruk bagi kendaraan, khususnya keluaran baru yang memiliki spesifikasi mesin kompresi tinggi.

Menurut Kepala Bengkel Suzuki Pemuda Semarang Kusnadi, mobil-mobil baru di desain sesuai standar pabrikan untuk menggunakan bahan bakar nilai oktan minimal RON 92.

Bila tidak sesuai, atau di luar rekomendasi pabrikan,  maka ada konsekuensi menyangkut urusan mesin untuk jangka panjang. 

"Produk mobil baru, bahkan LCGC dan lainnya, kompresi mesin sudah diatas 10:1, kalau dipaksa pakai bahan bakar oktan rendah kurang cocok," ucap Kusnadi, kepada Kompas.com, Sabtu (23/7/2022). 

Lebih lanjut Kusnadi menjelaskan, kualitas bahan bakar jenis Pertalite kurang direkomendasikan karena bisa berpotensi menyebabkan mesin mobil ngelitik atau knocking.

Belum lagi efek lain yang cukup merugikan, seperti tarikan yang terasa berat, sampai bahan bakar yang lebih boros.  

"Paling gampang dilihat pas akselerasi mendadak mesin mobil terasa brebet atau nyendat," katanya. 

Kepala Bengkel Honda Kusuma Siliwangi Teguh Dwi Harianto mengatakan, penggunaan BBM di bawah RON 92 bisa berakibat filter bensin lebih cepat kotor karena proses pembakaran yang tak sempurna. 

"Pembakaran Pertamax dan Pertalite berbeda karena nilai oktan yang lebih tinggi ECU akan menyesuaikan pasokan bahan bakar ke injektor," tuturnya. 

https://otomotif.kompas.com/read/2022/07/24/113100115/konsekuensi-mobil-yang-biasa-konsumsi-pertamax-beralih-ke-pertalite

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke