JAKARTA, KOMPAS.com – Industri otomotif nasional tengah dihadapkan pada masalah keterbatasan bahan baku, imbas dari krisis cip global.
Tidak hanya itu, kini pabrikan otomotif juga harus berhadapan dengan meningkatnya inflasi, yang disebabkan berbagai hal.
Seperti diketahui, kenaikan harga bahan baku dan inflasi bisa langsung berdampak pada naiknya ongkos produksi.
“Dampak langsungnya terjadi kenaikan harga jual kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat,” ujar Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara, kepada Kompas.com (27/6/2022).
“Jika pilihannya efisiensi dengan memangkas fitur maka dikhawatirkan kepuasan konsumen akan menurun. Jadi opsi terbaik dari yang ada saat ini adalah penyesuaian harga jual secara bertahap,” kata dia.
Bhima mengatakan, naiknya harga mobil dan motor baru jelas berdampak pada permintaan. Padahal pasar belum pulih betul usai pandemi Covid-19. Ia juga memperkirakan target penjualan yang sudah dicanangkan asosiasi bakal lebih sulit tercapai.
Seperti diketahui hingga akhir tahun, Gaikindo mengejar penjualan 950.000 unit, sementara AISI di angka 5,1 juta hingga 5,4 juta unit.
Menurutnya, tak ada salahnya bila target asosiasi perlu disesuaikan dengan variabel ekonomi seperti koreksi pertumbuhan ekonomi global dan indonesia, serta penyesuaian harga jual di tingkat konsumen
“Kondisi memang dilematis, calon konsumen menengah ke bawah belum seluruh pendapatannya pulih seperti pra pandemi,” ucap Bhima.
“Sementara konsumen juga dihadapkan kenaikan harga bbm non subsidi dan pembatasan pembelian bbm jenis subsidi seperti Pertalite. Tentu optimisme penjualan penting dijaga, namun perlu dinamis juga melihat situasi pasar,” kata dia, melanjutkan.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/06/28/080200415/ada-krisis-dan-inflasi-pabrikan-otomotif-ancang-ancang-kerek-harga