Hal tersebut tidak salah tapi tidak mutlak benar. Patokan mesin sehat dan kondisi motor bagus bukan ditentukan odometer, sebab bisa saja penunjuk kilometer itu sudah diutak-atik.
Darwin Danubrata, dari diler motor bekas Songsi Motor di Jagakarsa, Jakarta Selatan, mengatakan, odometer bisa diakali sehingga konsumen berpikir bahwa itu motornya masih "segar."
"Sebab saat ini sudah bertebaran jasa untuk setel ulang speedometer, baik yang manual atau digital,” ujar Darwin kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Meski demikian kata Darwin jangan kemudian berburuk sangka. Sebab odometer memang penting, "motor capek" atau kilometer banyak harganya bakal lebih murah ketimbang yang masih sedikit.
"Beli motor bekas sebaiknya lebih perhatikan mesin, karena bodi masih bisa dibeli. Spare part masih ada, apalagi kalau motor baru. Tapi kalau mesin susah nantinya," ujar Darwin.
Yosia Hermanto, pedagang motor bekas dari showroom Talenta Motor menyarankan, saat membeli motor bekas jangan hanya didengarkan saja mesinnya tapi langsung dicoba.
“Wajib tes jalan. Kalau kita ajak jalan dan ada bunyi yang di luar toleransi, dari mesin kasar suaranya pasti ketahuan. Tapi itu juga main feeling juga, seperti waktu digas terasa tidak," katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/05/27/161200815/beli-motor-bekas-patokan-yang-benar-lihat-odometer-atau-mesin-