Komparasi Adu Canggih Fitur Mazda CX-30 dengan Eclipse Cross

JAKARTA, KOMPAS.com – Mazda CX-30 dan Mitsubishi Eclipse Cross barangkali jadi medium SUV yang punya fitur terlengkap di kelasnya. Beragam fitur canggih tersemat pada kedua mobil yang dihargai di rentang Rp 400 jutaan hingga Rp 500 jutaan.

Salah satu yang menarik, CX-30 memiliki fitur i-ACTIVSENSE. Fitur ini terdiri dari high beam control, smart city brake support, blind spot warning, rear cross traffic alert, lane departure warning system sampai lane keep assist.

Ada juga fitur adaptive cruise control yang bisa membuat CX-30 melaju layaknya mobil semi otonomus. Namun memang pada mobil ini fitur tersebut terasa cukup mengentak dan kurang halus.

Fitur lain yang tidak kalah menarik misalnya head-up display, adaptive headlamp dan airbag yang cukup banyak.

Pada sisi interior, CX-30 juga memiliki sunroof. Fitur ini amat membantu menambah kesan lega pada ruang kabin yang tak terlalu luas.

Tak kalah dari CX-30, Eclipse Cross juga memiliki banyak fitur keselamatan. Mulai Stability Control, Hill Start Assist, rem parkir elektrik, Idling Stop System, Forward Collision Mitigation, serta Lane Departure Warning.

Di interior, juga tersedia Head Up Display yang bisa diatur brightness dan sudut kemiringannya, serta Eco Mode untuk menjaga efisiensi selama berkendara. Namun sayang SUV ini belum memiliki fitur kamera 360.

Namun fitur paling menarik di SUV ini bagi kami adalah Active Cruise Control (ACC) yang mulai jamak di mobil kelas Rp 500 jutaan ke atas. Di Eclipse Cross, fitur ini mulai bisa bekerja di kecepatan minimal 30 kpj.

Anda bisa langsung mengaktifkannya dengan menekan tombol cruise control seperti biasa. Bedanya dengan CX-30, fitur ACC memungkinkan Anda untuk mengikuti kecepatan kendaraan di depan sampai berhenti total.

Saat mobil berhenti, fitur Auto Hold akan aktif, dan secara otomatis ACC akan berhenti beroperasi. Untuk mengaktifkannya, Anda tinggal melanjutkan dengan menggeser tombol cruise control ke bawah. Jarak antar kendaraan juga bisa disetel sesuai keinginan.

Hal ini cukup berguna, mengingat kondisi lalu lintas di Indonesia, khususnya Jakarta yang terbilang padat. Mengatur jarak terlalu dekat, mobil berpotensi mengerem mendadak dan membuat penumpang tidak nyaman.