JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam melakukan penggantian komponen pada mobil, sebaiknya tidak menunggu sampai bagian tersebut rusak atau tidak berfungsi sama sekali.
Pasalnya, jika hal itu dilakukan bukan tidak mungkin kerusakan akan merembet ke bagian lain yang tentunya akan membuat biaya perbaikan semakin besar.
Seperti halnya kampas kopling. Komponen yang berfungsi meredam tenaga yang disalurkan dari mesin ke transmisi juga memiliki batas usia pemakaian. Bagian yang bertugas untuk menyambungkan poros penggerak roda dengan poros daya, dari poros engkol ini akan memberikan tanda-tanda jika sudah aus.
Salah satu gejala yang sering dirasakan adalah kopling selip dan tenaga yang disalurkan juga menjadi tidak maksimal.
Kondisi tersebut dipercaya akan berpengaruh pada konsumsi bahan bakar pada mobil. Hal ini benarkan oleh Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak Suparna. Ia mengatakan, jika kondisi kopling sudah aus namun tetap digunakan juga maka akan berpengaruh pada konsumsi bahan bakar.
“Misalkan kampas kopling kondisinya sudah tidak 100 persen, hanya 80 persen. Maka mesinnya akan 20 persen lebih boros dibandingkan biasanya,” kata Suparna saat dihubungi Kompas.com belum lama ini.
Suparna menambahkan, usia rata-rata kopling adalah 80.000 kilometer. Jika sudah menempuh jarak tersebut sebaiknya segera dilakukan penggantian kampas kopling beserta cover-nya.
“Meskipun ada juga yang sebelum mencapai jarak itu sudah rusak, tapi wajarnya sampai 80.000 kilometer. Kalau sudah menempuh sejauh itu tapi tidak dilakukan penggantian, maka fungsi kopling juga tidak akan maksimal,” katanya.
Oleh sebab itu, Suparna menyarankan agar kopling yang sudah mencapai jarak tersebut segera dilakukan penggantian, jangan menunggu sampai komponen itu benar-benar tidak berfungsi atau selip.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/12/11/092200415/benarkah-kopling-bermasalah-bikin-mobil-lebih-boros-bbm-