JAKARTA, KOMPAS.com - Hyundai Indonesia dalam waktu dekat akan merilis secara resmi kendaraan bermotor dengan tenaga listrik murni, Ioniq, ke pasar nasional.
Berstatus impor secara utuh alias completely built up (CBU) dari Korea Selatan, diperkirakan banderol mobil ini ialah Rp 569 juta off the road. Besaran pajak di beberapa wilayah tertentu akan menentukan harga akhir Ioniq.
Khusus wilayah DKI Jakarta, mobil jenis ini mendapatkan insentif berupa pembebasan BBNKB sebagaimana tercantum pada Pergub No 3/2020. Artinya, taksiran harga di atas tidak akan banyak berubah.
Sembari melakukan persiapan peluncurannya, Hyundai Indonesia ternyata telah menyiapkan beberapa mobil tes yang bisa dicoba langsung oleh awak media dan konsumen terpilih. Tim Kompas.com masuk ke salah satu daftarnya.
Meski kesempatan yang diberikan relatif singkat, tapi redaksi sudah mencatat hal-hal penting dari Ioniq khususnya mengenai impresi berkendara. Sehingga, bisa jadi pandangan khusus bagi Anda yang berminat untuk meminangnya di kemudian hari.
Sebagai sebuah liftback, Ioniq bisa dibilang merupakan mobil dengan bantingan suspensi yang nyaman. Kemudian, dimensinya juga pas untuk digunakan sebagai kendaraan utama di perkotaan.
Untuk memperoleh posisi berkendara yang nyaman dan ergonomis, tidak sulit di mobil ini. Pengendara dapat mengatur posisinya sedemikian rupa baik dari setir kemudi (tilt dan telescopic) maupun jok (rebah dan tegak).
Kemudahan serupa juga diberikan pada bagian spion samping melalui penyematan mekanisme elektrik. Hanya saja pandangan ke bagian belakang dari spion tengah kurang optimal karena terhalang suatu panel horizontal.
Pengalaman unik pada Ioniq dirasakan mulai dari menyalakan mobil. Saat start/stop button ditekan, tak ada lagi raungan dan getaran mesin yang menandakan mobil sudah siap diajak melaju, melainkan suara buatan seperti komputer disertai animasi.
Sensasi tersebut terus berlangsung walau mobil tengah melaju di kecepatan cukup tinggi yakni 130 kpj.
Mobil ini dilengkapi motor listrik berdaya 100 kW atau setara 136 dk dan torsi 295 Nm. Sedikit saja pedal akselerasi ditekan, mobil langsung cepat melesat.
Begitu pedal ditekan habis, badan seperti dihempas ke belakang, benar-benar instan. Apalagi Ioniq tersedia empat mode berkendara yaitu Eco, Normal, Sport, serta Eco+.
Perbedaan keempatnya ialah pada distribusi tenaga dari baterai dan suara yang dihasilkan knalpot. Tapi tidak ada kejelasan secara tertulis perbandingan output tenaga di masing-masing mode itu.
Berdasarkan pengetesan saat menggunakan mode Sport tenaga yang dirasa sangat responsif. Akselerasi dari 0-100 kpj hanya membutuhkan waktu sekitar 10 detik.
Tapi hal tersebut mengorbankan konsumsi baterai mobil. Sementara pada mode Normal dan Eco, tak nampak perbedaan signifikan.
Mode Eco+ sendiri dikhususkan untuk Anda yang ingin benar-benar menghemat daya pada baterai mobil. Biasanya, mode ini digunakan ketika daya yang tersisa sebanyak 20 persen sementara stasiun pengisian masih cukup jauh.
Pada mode tersebut, secara otomatis akselerasi mobil akan tertahan secara signifikan. Di samping itu, kinerja AC dan beberapa iluminasi di interior akan dimatikan.
Secara keseluruhan, Ioniq memang bukan mobil perkotaan yang paling nyaman dan berfitur canggih di Indonesia. Namun bicara akselerasi, liftback ini patut dipertimbangkan karena amat responsif.
Di samping itu, mobil ini tergolong dalam kendaraan listrik murni dengan mengandalkan 100 persen pada baterai. Tak ada lagi mesin yang menyertainya, sehingga membuat kesan serta sensasi berkendara tersendiri.
Belum lagi banyak insentif yang akan diberikan kepada para pemilik mobil listrik seperti biaya perawatan dan pengisian daya yang lebih murah.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/10/12/164100815/4-mode-berkendara-ini-impresi-berkendara-hyundai-ioniq-di-ibu-kota