JAKARTA, KOMPAS.com – Bus pada dasarnya terdiri dari dua bagian, sasis dan bodi. Sasis menjadi landasan atau dudukan dari bus, dibuat oleh pabrikan besar seperti Hino, Mercedes-Benz, atau Volvo. Sedangkan bodi bus dibuat oleh karoseri.
Sasis bus besar yang beredar di Indonesia biasanya ada dua jenis, tergantung posisi dari mesinnya. Ada sasis dengan mesin di depan dan di belakang. Jadi tidak semua bus besar posisi mesinnya ada di belakang.
Dimas Raditya, aktivis Forum Bismania Indonesia, mengatakan, bus dengan posisi mesin di depan, tidak kalah bagusnya dibandingkan (mesinnya) belakang. Salah satu kelebihannya yaitu harga sasis yang lebih ekonomis.
“Harga sasis bus mesin depan lebih ekonomis dibanding mesin belakang. Selain itu perawatannya juga mudah karena banyak common parts dengan unit versi truknya,” ucap Dimas kepada Kompas.com, belum lama ini.
Selain itu, bus besar dengan mesin di depan lebih hemat bahan bakar. Meskipun memiliki jenis mesin yang sama dengan tenaga yang lebih kecil, membuatnya lebih hemat dibanding saudaranya yang mesin belakang.
“Bus dengan mesin di depan juga lincah, memiliki final gear yang besar membuatnya cocok untuk kondisi jalan yang stop & go,” kata Dimas.
Bus mesin depan banyak digunakan oleh perusahaan otobus (PO) sebagai armada kelas ekonomi karena keunggulannya tersebut. Namun, dibalik keunggulannya, ada beberapa kekurangan dari bus dengan mesin depan.
“Kekurangan yang pertama yaitu bising. Karena posisi mesin yang di depan, suaranya masuk ke dalam kabin. Lalu akses ke kabin lewat depan sempit karena ada mesin dan suspensinya lebih keras karena disetel untuk membawa beban berat,” ujar Dimas.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/06/03/112200315/plus-minus-sasis-bus-dengan-mesin-depan