JAKARTA, KOMPAS.com – Implementasi program B30 telah mulai dilakukan sejak Desember 2019. Bahan bakar berjenis B30 diklaim membuat emisi yang dihasilkan mesin diesel lebih ramah lingkungan.
Untuk diketahui, B30 merupakan Campuran Fatty Acid Methyl Ester (FAME) sebanyak 30 persen dan bahan bakar solar sebanyak 70 persen.
Putu Juli Ardika, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, mengatakan, program B30 jadi pijakan untuk menuju standar emisi Euro IV.
Aturan emisi Euro IV rencananya bakal diterapkan pada April 2021 seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O.
Standar emisi yang lebih bersih memang sudah mendesak diberlakukan di Tanah Air. Melihat perkembangan global, Indonesia yang saat ini masih menerapkan Euro II, terbilang tertinggal dari India, Thailand, maupun China yang sudah menerapkan Euro IV sejak beberapa tahun lalu.
“B30 memiliki angka Cetane Number 50 yang sedikit lebih baik dari solar biasa. Pembakaran jadi lebih baik dan emisi jadi lebih rendah,” ujar Putu, saat ditemui di JCC Senayan, Jakarta (6/3/2020).
Bahkan jika nanti B30 terus bertambah, hingga mencapai B100. Standar emisi disebut juga akan mengikuti ke arah yang makin baik lagi.
“Kalau nanti sudah B100, artinya standar emisi sudah bisa Euro VI. Karena di Eropa penerapannya seperti itu,” ucap Putu.
Tak heran, implementasi B30 dianggap bakal memberi keuntungan bagi berbagai pihak. Putu berujar, penggunaan biodiesel 30 persen juga bisa mengurangi impor solar hingga 3 juta kiloliter.
“B30 juga meningkatkan nilai tambah CPO (crude palm oil) menjadi biodiesel sebesar Rp 13,81 triliun, serta mengurangi gas rumah kaca sebesar 14,25 juta ton CO2 atau setara 52.010 bus kecil,” kata Putu.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/03/08/112500515/solar-b30-jadi-pijakan-menuju-standar-emisi-euro-iv