BOGOR, KOMPAS.com – Bogor, selain disebut Kota Hujan, sering dialiaskan sebagai kota sejuta angkot. Akan dengan mudah melihat angkutan perkotaan (angkot), hilir mudik di kota yang berada 59 km dari Jakarta ini.
Banyaknya para pekerja komuter dari Bogir ke Ibu Kota dengan memanfaatkan kereta api listrik (KRL), menjadi salah satu alasan angkot ini masih bertahan di Bogor, meskipun digempur sepeda motor dan ojek online.
Angkot di Bogor bisa jadi pilhan transportasi umum yang ekonomis, buat mengantarkan pekerja dari tempat tinggal menuju stasiun KRL.
Monster
Angkot modifikasi ini banyak tergabung dalam satu paguyuban, perkumpulan, atau kelompok, misalnya seperti Monster Fans Club (MFC) dan Salah Gaul Community (Shagal).
Monster dalam singkatan MCF, ternyata memiliki kepanjangan yang cukup nasionalis, yakni Mobil Nasional Sarana Transportasi Ekonomi Rakyat. Begitu awal cerita Ivan, Humas Pusat MCF ketika berjumpa Kompas.com di Bogor, belum lama ini.
Perkumpulan ini, kata Ivan, sudah berdiri sejak 26 tahun yang lalu. Meski tak menjelaskan berapa jumlah total anggotanya, namun Ivan tak menampik banyak anggotanya yang berkreasi dengan memodifikasi angkot.
“Kita selaku organisasi tidak mengharuskan, hanya ketika ada event otomotif atau Hari Ulang Tahun (HUT) MFC, kita selalu mengadakan kontes modifikasi,” kata Ivan kepada Kompas.com belum lama ini.
Mayoritas modifikasi yang dilakukan ada pada bagian audio. Namun, tujuan utama ubahan mobil tentu demi kenyamanan penumpang dan bermuara agar tetap mau dan betah naik angkot, daripada ojek online.
“Kontes modifikasi yang dibuat oleh MFC memiliki tujuan agar angkot-angkotnya rapih dan punya ciri khas, selain itu menjadi daya tarik untuk cari penumpang agar penumpang menjadi nyaman,” ucap Ivan.
Ivan juga mengatakan kalau setiap cabang organisasi MFC memiliki bengkel modifikasi. Jadi saat HUT MFC semua cabang organisasi bisa memamerkan angkotnya. Selain mengikuti kontes saat HUT MFC, angkot-angkot dari MFC juga mengikuti kontes di luar organisasi MFC.
Shagal
Sama dengan MFC, Shagal salah satu paguyuban angkot Bogor lainnya, yang tidak mengharuskan anggota untuk memodifikasi angkot.
Hanya sebagian dari anggota yang memodifikasi karena hobi dan juga memanjakan penumpang.
Dany, wakil ketua Shagal Pusat mengatakan kalau hanya sebagian yang karena hobi memodifikasi angkotnya.
"Kalau kita lihat dari keseluruhan anggota, kurang lebih 50 persen angkotnya sudah di modifikasi, sisanya masih standar," ucap Dany kepada Kompas.com.
Modifikasi yang dilakukan tidak hanya pada bagian sistem audio, pada sisi eksterior juga banyak yang diubah. Bodi angkot dipendekkan dan diberi body kit hingga terlihat ceper.
"Hal yang biasa diubah dari dipendekkan, ganti velg, bemper juga lebih ceper. Kalau bagian interior dilapis lagi kursinya jadi lebih empuk dan ada sistem audio dengan TV di bagian belakang," jelas Dany.
Tujuan dari modifikasi yang dilakukan juga sama seperti MFC, untuk menarik perhatian penumpang agar ingin naik. Selain itu kalau pemilik angkot memang hobi modifikasi, dia pasti memodifikasi mobilnya.
"Sudah pasti untuk menarik minat penumpang naik dan kalau memang hobi, pasti dimodifikasi angkotnya, apalagi pemilik yang masih muda, yang penting eksis angkotnya," jelas Dany.
Baik Dany ataupun Ivan, mereka sangat berharap keberadaan angkot-angkot di Bogor masih bisa selalu eksis. Mereka tidak menampik bila angkot memang dituding sebagai biang kemacetan di Bogor.
Akan tetapi, keberadaan angkot dianggap masih dibutuhkan oleh para pekerja yang ingin ke stasiun, atau siswa yang ingin pergi ke sekolah.
Mereka selalu mengimbau kepada anggotanya, untuk tetap taat kepada peraturan lalu-lintas, tidak ugal-ugalan demi mencari penumpang, dan yang terpenting tidak ngetem di sembarang tempat yang bisa menyebabkan kemacetan.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/01/20/090523315/bogor-cerita-kota-sejuta-angkot-dan-masih-bisa-bertahan