JAKARTA, KOMPAS.com - Industri otomotif berkontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya di bidang ekspor. Salah satu negara yang menjalin kerja sama ekspor adalah Australia.
Putu Juli Ardika, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan, mengatakan, Indonesia mendapat previlege dengan Australia untuk melakukan ekspor kendaraan bermotor. Namun, produk Indonesia ternyata belum sesuai dengan permintaan pasar Australia.
"Di otomotif, produk kita belum sesuai dengan permintaan pasar Australia. Di sana, mereka mintanya SUV dan sedan. Sedangkan, yang banyak kita produksi itu MPV," ujar Putu Juli, di sela-sela diskusi bertajuk "Economic Outlook: Kesiapan Industri Otomotif Menuju Era 4.0", yang digelar oleh IDX Channel, di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (4/12/2019).
Putu Juli menambahkan, Kementerian Perindustrian dalam hal ini sedang melakukan reorientasi. Itulah sebabnya kunjungan kerja ke Korea Selatan beberapa waktu lalu disebutnya sangat strategis.
"Sebab, Korea ini akan bisa langsung sebagai pusat produk ekspor. Nah, kalau investasi ini sebagian besar untuk ekspor, yang lain pasti akan jengah. Nah, mudah-mudahan ini akan mendorong reorientasi industri," kata Putu Juli.
Meskipun, saat ini PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) sudah memproduksi sedan mini, yakni Vios dan (SUV) Fortuner. Namun, kedua model ini belum juga berhasil tembus ke pasar Australia atas dasar spesifikasi teknis yang dimiliki.
Pemerintah sendiri memiliki target ekspor pada tahun 2025 sebanyak 310.000 unit. Putu menambahkan, para produsen kendaraan saat di GIIAS (Gaikindo Indonesia International Auto Show) 2019 beberapa waktu lalu mengatakan akan eskpor 1 juta unit mobil, yang berarti ada kenaikan sebesar 300 persen.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/12/05/082200815/reorientasi-industri-otomotif-indonesia-demi-rebut-ekspor-ke-australia