JAKARTA, KOMPAS.com – Sebagian orang sering melakukan perjalanan di malam hari. Entah karena menghindari kemacetan, atau baru selesai melakukan aktifitas sehari-hari.
Kondisi yang lebih sejuk kadang juga jadi alasan beberapa orang berkendara di malam hari. Padahal risiko berkendara pada malam hari disebut lebih banyak ketimbang waktu siang hari.
Menurut Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, salah satu alasan yang membuat risiko berkendara pada malam hari lebih besar adalah soal visibilitas.
“Seterang-terangnya lampu kendaraan kita, tetap jauh lebih terang cahaya saat siang hari. Hal ini yang membuat visibilitas kita akan terbatas saat malam hari,” ujarnya kepada Kompas.com Senin (28/10/2019).
Selain faktor visibilitas, kondisi biologis atau fisik manusia yang sudah menurun saat malam hari jadi peluang meningkatkan risiko kecelakaan.
“Jam biologis manusia itu kalau sudah malam waktunya istirahat, kalau digunakan untuk tetap beraktifitas tentu ada batasnya. Pasti akan cepat lelah dan mengantuk,” kata Jusri.
Namun ada cara agar pengemudi tetap aman berkendara saat malam hari, salah satu caranya dengan mempersiapkan tubuh dengan istirahat yang cukup saat siang hari.
“Kalau terpaksa harus berkendara malam hari, lakukan persiapan dengan tidur siang. Ini akan membantu badan lebih segar saat malam hari,” ucapnya.
Dengan kondisi badan yang lebih segar dan siap, kewaspadaan saat berkendara pun tetap terjaga. Sehingga peluang terjadinya kecelakaan bisa diminimalisir.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/10/28/160423715/lebih-berisiko-berkendara-malam-hari-perlu-cara-khusus