JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah melalui Kementerian Priundustrian (Kemenperin) siap memacu ekspor industri otomotif dengan skema Pajak Penjualan Brang Mewah (PPnBM) baru yang saat ini tengah di konsultasikan pada perlemen. Dengan skema tersebut, pajak kendaraan tak lagi dilihati dari kubukasi mesin, melainkan dari emisi yang dikeluarkan.
Semakin rendah emisi, makin murah tarif pajaknya. Selain itu, harmonisasi skema PPnBM juga memberikan intensif untuk kendaraan rendah emisi, termasuk kendaraan listrik baik yang hibrida maupun plug-in hybrid sehingga PPnBM menjadi nol persen.
Adanya skema ini dapat memacu produksi sehingga membuka peluang Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke berbagai negara. Apalagi baru-baru ini Indonesia baru resmi mengandeng kerja sama dengan Australia melalui Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA).
Menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartato, kerja sama tersebut memberikan peluang bagi Indonesua mengirimkan mobil listrik dan hybrid ke Australia dengan tarif preferensi nol persen. Karena melalui penandatanganan itu, 6.747 pos tarif barang asal Indonesia akan dibebaskan bea masuknya ke Australia.
"Dengan demikian, potensi pasar otomotif di Australia sebesar 1,1 juta sudah terbuka bagi produsen Indonesia,” kata Airlangga dalam keterangan resminya, Selasa (12/3/2019).
Lebih lanjut Airlangga mengatakan dalam 10 tahun terakhir, industri otomotif di Australia banyak yang tutup karena dianggap tidak menguntungkan. Untuk memenuhi kebutuhan kendaraan roda empat, selama ini Australia mengandalkan impor dari beberapa negara seperti Thailand, Jepang, China, dan India.
Menurut Airlangga, saat ini pesaing industri otomotif Indonesia di ASEAN hanya Thailand. Dengan dibukanya CEPA dengan Australia, ditargetkan ekspor otomotif Indonesia bisa melewati Thailand. Berdasarkan kategori, ekspor Thailand kebanyakan adalah jenus pikap dan mobil dengan berat satu ton kemudian mobil penumpang SUV dan sedan.
"Persentase ekspor Thailand 53 persen, Indonesia ekspornya 26 persen dan sebagai catatan Thailand sudah memiliki free trade agreement (FTA )dengan Australia, New Zealand, India Jepang, Peru, Chile. Sedangkan Indonesia yang sudah berjalan baru dengan Jepang, Pakistan, Chile, Eropa. Yang membedakan, ekspor terbesar kita adalah MPV seperti Kijang dan kelompoknya yang tujuh penumpang, SUV dan hatchback," ucap Airlangga.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/03/13/122200415/skema-ppnbm-baru-buka-peluang-ekspor-mobil-listrik-ke-australia