JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi jalan macet hingga perilaku pengguna kendaraan bermotor yang tidak tertib, terkadang membuat pengendara menjadi emosi. Alhasil, bisa terjadi pertengkaran adu mulut hingga kontak fisik antar sesama pengguna jalan.
Bicara mengenai hak, semua pengguna jalan tentunya ingin aman, nyaman dan juga selamat ketika berlalu lintas. Edo Rusyanto, pengamat transportasi dan keselamatan jalan raya mengatakan, sebagai pengguna jalan kita harus mampu meredam emosi.
"Semuanya untuk mewujudkan lalu lintas yang humanis. Lalu lintas jalan raya yang beradab. Manusia punya akal sehat dan nurasi, sepatutnya kedua itu diterapkan juga ketika berlalu lintas," kata Edo yang juga sebagai koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman).
Saling menghargai, berbagi ruas jalan, dan menaati aturan, kata Edo menjadi simbol manusia beradab. Apabila itu diterapkan, maka tidak ada lagi yang saling merampas hak pengguna jalan lain, seperti pemotor melintas di trotoar, hingga menerobos lampu merah. Jangan hilangkan budaya malu bila melanggar lalu-lintas.
"Kita juga harus malu bertindak tidak beradab, dan malu juga untuk merampas hak orang lain," ucap dia.
Semua itu, lanjut dia memang butuh mental dan mempertebal rasa sabar. Akan tetapi, dengan cara berpikir positif, memprioritaskan keselamatan, bertindak tenang, bisa menciptakan hal yang lebih baik lagi.
"Kalau bawaannya emosi, bisa merusak konsentrasi dan memicu terjadinya kecelakaan di jalan," kata Edo.
https://otomotif.kompas.com/read/2018/09/02/113200815/hilangnya-budaya-malu-di-jalan-raya