Kendaraan itu adalah truk dengan sebutan ukuran tiga perempat ton (biasanya berbobot 1,5 ton), tetapi dikonversi layaknya station wagon.
Hasilnya adalah dua alam yang digabung jadi satu. Dengan begitu, pengendara bisa percaya diri ke mana-mana, apa pun medannya, tetapi posisi duduknya ala mobil keluarga.
Rupanya kombinasi-kombinasi semacam ini bermunculan untuk menjawab kebutuhan yang berbeda-beda setiap masa.
"Pada akhirnya, yang dinginkan orang-orang adalah mobil harian, bukan mobil segala medan tetapi benefit-nya seperti itu. Bisa nyaman di jalan, tetapi fleksibel, sekaligus banyak kegunaan," kata Brinley, narasumber The Atlantic.com dalam "How The Crossover Conquered Americas Automobile Market".
Lalu di tahun 1990-an, konsep SUV pun makin matang. Lantas, kini kita punya hasil persilangan, crossover. Salah satunya adalah urban SUV. Kombinasi mobil kota, aspek ramah kantong, dan rasa percaya diri dari jenis kendaraan SUV.
Kalau di Indonesia, contohnya adalah Suzuki Ignis Sport Edition by Suzuki Sport, yang bahkan sesuai namanya memasukkan pula unsur sport. Rasa percaya diri dari Ignis dibangun dari bentuknya yang kekar termasuk di area sepatbor, di samping jarak bodi ke tanah setinggi 180 milimeter.
Kembali lagi, semuanya demi memenuhi kebutuhan terkini, dan rupanya itu pula yang menjadi dasar mengapa manusia punya hasrat untuk mengombinasikan segala hal menjadi satu.
“Secara fitrahnya, produk didesain untuk manusia. Kami para desainer coba memecahkan masalah dan menciptakan sesuatu yang makin mudah dipahami dan digunakan,” ujar Muditha Batagoda, seorang desainer produk, dalam "Psychology and Product Design" di Uxplanet.org.
Jadi, jika jalan di perkotaan yang padat masih sarat dengan genangan, jangan mengeluh berat-berat... biar itu urusan urban SUV saja....
https://otomotif.kompas.com/read/2018/03/14/100000315/banyak-genangan-berat-biar-suv-saja--