Jakarta, KompasOtomotif – Kerja sama perdangangan antara Indonesia dengan dunia internasional membuka persaingan otomotif lebih luas. Kekuatan Indonesia sebagai basis produksi kendaraan mesti dikembangkan dengan kordinasi semua elemen.
I Made Dana Tangkas, Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) bidang Pengembangan Industri Otomotif mengatakan, menjadikan industri otomotif Indonesia semakin kuat jadi kebutuhan mendesak untuk menghadapi era perdagangan bebas.
“Saya rasa ini menjadi satu hal yang mendesak. Daya saing kita belum siap menghadapi negara lain seperti China, Korea, India, sebagai pelaku otomotif yang mengincar pasar Indonesia,” kata Made Dana saat diskusi di Kementerian Perindustrian, Kamis (19/11/2015).
Indonesia saat ini telah menjalin kerja sama dengan Asia Tenggara, China, Korea Selatan, Jepang, Australia, Selandia Baru, dan India. Salah satu klausul pada perjanjian dagang itu memangkas biaya pajak impor bertahap mendekati 0 persen.
Australia
“Tahun depan ASEAN-China dan ASEAN-Korea itu akan menjadi 5 persen. Dua tahun lagi ASEAN-India import tariff jadi 5 persen. Kalau kita tidak membuat daya saing industri komponen Indonesia dengan merangkul IKM (Industri Kecil Menengah), ini sangat berbahaya,” ujar Made Dana.
Ia mengungkap kondisi Australia sebaga contoh. Kerja sama negara benua itu telah terjalin dengan China, Jepang, Korea, dan Trans-Pacific (Brunei, Canada, Chile, Japan, Malaysia, Mexico, Peru, New Zealand, Singapore, the United States and Vietnam).
“Negara negara tetangga kita sudah mengalami, seperti Australia. Dengan adanya perdanganan bebas akhirnya import duty Australia 0 – 5 persen. Kemudian dengan dollar Australia yang menguat akhirnya kebanyakan pelaku industri di Australia jatuh. Ford akan menutup pabriknya pada 2016, lalu 2017 Toyota dan GM (General Motors) juga akan menutup pabriknya di Australia,” urai Made Dana.
Hal itu jadi gambaran buat Indonesia yang saat ini punya kapasitas produksi terpasang 1,9 juta unit per tahun. Efektivitas produksi masih 68 persen, jadi masih ada 32 persen yang terbengkalai.
“Apakah kita mau memanfaatkan ini untuk ke depan menjadi berkah Indonesia atau seperti nasib Australia,” ucap Made Dana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.