Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jajal Mobil Pengonsumsi Gas Alam

Kompas.com - 16/01/2015, 12:00 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif - PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Persero mengajak sejumlah wartawan otomotif nasional untuk menjajal beberapa mobil operasional yang sudah mengonsumsi gas alam terkompresi (CNG). KompasOtomotif, masuk dalam daftar jurnalis yang diundang dan siap merasakan sensasinya.

"Kami mau membuktikan kalau mobil gas itu aman, nyaman, dan hemat untuk digunakan oleh masyarakat, oleh karena itu tes ini dilakukan," jelas Executive Officer External Communication Assistant Vice President PGN Irwan Andri Atmanto di Kantor Pusat PGN, Gajah Mada, Jakarta Barat, Kamis (15/1/2015).

PGN menyediakan lima unit mobil yang dijadikan tes, dua unit Toyota Innova tipe V transmisi otomatis lansiran 2013, dua unit Daihatsu Terios TX (otomatis tahun 20014), dan Camry V (2013). Setelah dibagi, KompasOtomotif dapat jatah Terios TX yang sudah diaplikasi sistem konversi gas dengan tangki berkapasitas 8 Liter Setara Premium (LSP).

5 menit

Untuk pengetesan kali ini, rute yang diambil adalah dari Kantor Pusat PGN di bilangan Jalan KH Zainul Arifin, Gajah Mada, Jakarta Barat menuju Ancol, Jakarta Utara. Sebelum rombongan berangkat, seluruh mobil dipastikan tangki gasnya terisi penuh.

Lubang pengisian berada di dalam kap mesin, jadi pengemudi wajib mematikan mesin dan membuka kap sewaktu mengisi gas. Untuk kapasitas 8 LSP CNG cuma dibutuhkan waktu 5 menit dari kosong sampai penuh. Mekanisme pengisian ini memang agak berbeda dengan mobil bensin yang tinggal tekan tombol tangki bensin langsung dari balik kemudi.

Tangki gas, tersimpan di bawah dek belakang bagasi Terios dengan besi pengikat khusus yang disiapkan. Pemasangan ini dilakukan supaya tidak mengganggu luas bagasi atau baris jok ketiga yang ada pada Terios.

Ketika tuas kunci diputar, aki terisi, indikator isi gas sudah dipasang di konsol sebelah pengatur spion di dasbor. Dengan lampu hijau, awak redaksi bisa memantau level gas yang masih tersedia di dalam gas. Jika sewaktu-waktu habis, alat konversi akan otomatis mengubah pasokan dari gas ke bensin biasa.

"Sampai saat ini, gas sifatnya masih sebagai bahan bakar sekunder. Jadi yang utama masih menggunakan bensin," tukas Ridha Ababil, Vice Presiden Corporate Communication PGN kepada awak media.

Agung Kurniawan Pengisian BBG untuk tangki 8 LSP hanya butuh 5 menit.

Nyaman

Di saat seluruh rombongan sudah siap, kami mulai melakukan perjalanan menuju lokasi tujuan, Ancol. Perjalanan di tempuh lewat jalan umum bukan bebas hambatan, melalui Gajah Mada, Fatahilah, BEOS, Mangga Dua, dan Ancol.

Selama berada di balik kemudi, rasa mengemudikan mobil berbahan bakar gas nyaris sama dengan bensin. Melewati kepadatan lalu lintas di dapan Museum Fatahilah, karakter stop and go dihadapi tanpa masalah. Dengan tuas transmisi bertahan di posisi "D", torsi awal dari posisi mobil berhenti terasa penuh.

Masuk ke Jalan Raya Mangga Dua, kondisi lalu lintas mulai lenggang, pada waktu ini juga, kami mencoba "kick down" untuk merasakan sensasi akselerasinya. Ternyata, memang sedikit agak "lemot" ketimbang jika mengonsumsi bensin. Tapi, secara garis besar kenyamanan masin tetap terjaga.

Setibanya di lokasi, KompasOtomotif coba mengonfirmasikan hal ini pada pihak PGN yang didampingi Budi Prasetyo Susilo, Staf Ahli Gaikindo. Ternyata, perasaan "lemot" yang diperoleh ketika "kick down", menurut pihak PGN terjadi karena setiap pemasangan alat konversi butuh penyesuaian ulang (tunning) terhadap asupan gas yang dibutuhkan ruang bakar.

"Mungkin memang converter kit-nya belum di-tunning. Kalau saya rasakan mobil gas ketika di Jepang. Sensasinya sama sekali tidak ada bedanya dengan mobil bensin, karena memang butuh tunning yang pas," jelas Budi. Penjelasan ini cukup masuk akal, karena meskipun CNG diklaim lebih bersih dan punya oktan setara dengan 120, tetap saja karakter jenis bahan bakar yang semua cair menjadi gas, butuh penyesuaian lagi.

Kesimpulan

Meski pengujian mobil gas ini singkat, bisa disimpulkan kalau penggunaan mobil gas sama nyamannya dengan mobil konvensional. Keamanan juga bisa terjaga karena berat massa CNG lebih ringan ketimbang udara, sehingga jika terjadi kebocoran langsung menguap ke udara. Jadi, selama konsumen tidak melakukan modifikasi sendiri dan merawat secara berkala, tidak perlu khawatir meledak.

Terakhir, mobil gas juga menawarkan biaya pengeluaran harian jadi lebih ringan. Misalnya, dengan asumsi Terios rata-rata konsumsi BBMnya, 11 kpl, maka dengan 8 LSP bisa menempuh jarak 88 km dengan biaya 50 persen lebih murah ketimbang bensin. Acuannya, saat ini Premium dijual dengan harga Rp 7.500 per liter, sedangkan CNG dipasarkan dengan Rp 3.100 per LSP.

Agung Kurniawan Indikator volume BBG pada tangki bisa dipantau langsung dari konsol di dasbor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau