Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
"Succes Story" Presiden Direktur Nissan Motor Indonesia Stephanus Ardianto [Habis]

Digembleng Ragam Kultur, Stephanus Pede Jabat Presdir Nissan Indonesia

Kompas.com - 13/01/2015, 11:46 WIB
Azwar Ferdian

Penulis

Kehidupan ini sangat indah. Tak semua perjalanan hidup manusia berjalan dengan mulus. Tentu banyak rintangan dan hambatan dalam meraihnya. Kuncinya adalah kesabaran, keteguhan hati, memiliki prinsip yang kuat, jujur, apa adanya, dan selalu melakukan inovasi. Di balik kesuksesan seseorang, ada kisah-kisah mengharukan dan menyedihkan. Semua itu adalah proses yang harus dilalui. Mulai hari ini, Kompas.com menurunkan serial artikel "Success Story" tentang perjalanan tokoh yang inspiratif. Semoga pembaca bisa memetik makna di balik kisah.

Jakarta, KompasOtomotif - Stephanus Ardianto sudah cukup banyak merasakan asam garam mengembangkan Nissan di Indonesia, dengan salah satu kesuksesan yakni meluncurkan Grand Livina yang langsung mengangkat penjualan Nissan Motor Indonesia. Penggemblengan pun berlanjut, Steve, sapaan akrabnya, mendapat tantangan lebih besar lagi, yakni mengembangkan Nissan di luar negeri.

Steve bercerita, pada 2007 dirinya mendapat tawaran untuk ikut program pengembangan Nissan di negara lain. Tantangannya adalah harus hijrah dari Indonesia dan bertugas di luar negeri.

"Saya menerima tugas tersebut, dan pertama langsung dinas di Singapura untuk memegang Nissan Asia Pasifik. Perusahaan ini memegang operasi Nissan di negara kecil seperti Singapura, Hong Kong, Brunei Darussalam, Filipina dan IndoChina (Vietnam, Kamboja, Myanmar). Walaupun kecil, tapi ini adalah perusahaan sendiri yang saya pegang langsung. Jadi sejak 2008 saya hijrah ke Singapura," tutur Steve saat berbincang dengan KompasOtomotif.

Dilanjutkan, hal tersebut sekaligus menjadi pengalaman pertama bagi Steve punya anak buah orang asing dengan aneka ragam kultur. Pengalaman lainnya yang tak kalah hebat adalah memegang perusahaan dan menangani langsung bisnis di regional yang beragam.

"Awalnya memang banyak waktu yang terbuang karena sumber daya manusia. Saya harus banyak belajar, bertanya kiri-kanan agar menemukan cara bagaimana memaksimalkan sumber daya yang ada. Kesulitan kedua adalah persilangan budaya, karena memang terbiasa menghadapi orang Indonesia, tapi sekarang harus menghadapi orang asing yang tentu punya budaya beda dengan di sini," lanjut Steve.

Pindah negara

Setelah dua tahun bertugas di Singapura memegang regional, Steve kembali dipercaya untuk memegang Nissan di Thailand dan mengharuskannya pindah ke Bangkok, Ibukota Thailand. Kembali dia menghadapi perbedaan kultur dan harus beradaptasi.

"Karakter orang Singapura itu lebih kejam, artinya mereka tidak peduli dengan masalah personal dan bisnis,. Kalau di Thailand agak mirip dengan Indonesia, pendekatannya lebih personal. Ini memerlukan kedewasaan berargumen sebagai kunci penting. Apalagi dalam pekerjaan seperti di regional office, karena akan banyak friksi yang kepentingannya berbeda. Saya harus lebih dewasa, harus bisa lebih rasional dan tidak boleh emosional."

Pria kelahiran Manado ini juga mulai belajar untuk membedakan kapan dirinya menjadi guru dan kapan dirinya harus menjadi seorang bos. "Saya adalah orang yang orang gampang tertarik jadi awalnya saya gampang meledak-ledak. Tapi saya harus belajar, kadang saya harus menjadi guru bagi anak buah dan kadang saya harus menjadi benar-benar sosok pimpinan."

Setelah dari Bangkok, Steve melanjutkan petualangannya selama dua tahun di Jepang. Menurutnya, punya anak buah orang Jepang itu cukup menyenangkan, karena karakter orang Jepang itu taat peraturan. Hanya saja juga ada kurangnya, mereka menjadi mudah stres karena beban pekerjaan.

"Orang Jepang itu patuh, dan itu datang dari sistem pendidikan. Dsiplin dan keseriusan yang bisa dipelajari dari orang jepang. Kekurangannya, karena mereka serius dan ikut aturan, orang Jepang jadi gampang stres. Satu hal yang saya suka dengan Nissan, di sini sangat menghargai perbedaan dan dengan perbedaan itu bisa jadi kekuatan,"

Presdir di Indonesia

Juni 2014, Stephanus Ardianto dipanggil kembali ke Indonesia dan langsung ditunjuk menjadi Presiden Direktur NMI. Semua pengalaman karier yang didapat baik saat awal bergabung dengan Nissan, lalu di Singapura, Thailand dan Jepang menjadi modal penting untuk memegang jabatan tertinggi itu.

"Semua yang saya dapat, pelan-pelan coba saya terapkan. Nissan sudah menjadi besar, dan bukan perusahaan yang hanya jualan 100-200 unit per bulan. Kita sudah jualan 5.000-6.000 unit per bulan dengan total 105 outlet di seluruh Indonesia."

Saat terpilih menjadi presdir, Steve mengaku senang tapi juga takut. Hanya, dia punya prinsip bahwa ini adalah kesempatannya untuk membalas budi kepada Nissan, dan ikut mengajak suskes jajaran anak buahnya yang sama-sama berjuang.

"Saya besar di Nissan dan saya punya kesempatan membalas budi kepada Nissan. Anak-anak buah saya yang sama-sama berjuang di saat susah, sekarang juga sudah menjadi general manager dan direktur di sini. Ini adalah kebahagian tersendiri buat saya," tutup Steve.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau