Jakarta, KompasOtomotif - Alberto Puig, Pemimpin Akademi MotoGP, mengungkapkan, perbedaan bakat muda pebalap Eropa dan Asia terletak pada mental dan agresivitas. Ajang kompetisi di Benua Biru lebih padat dan terstruktur dengan baik, hasilnya menciptakan budaya balap yang lebih rapi.
“Di Eropa kompetisi sangat kuat. Asia lebih gentle (lembut) dan polite (santun), mereka terlalu baik. Saya harus mengatakan, di Eropa tidak seperti itu. Pebalap selalu berusaha menembus batas. Mereka (pebalap Asia) harus mengerti racing adalah sport, tapi tentu tidak bisa mengubah orang dalam semalaman,” ucap Puig yang juga menjabat sebagai Direktur Shell Advance Asia Talent Cup (Shell Cup), di Jakarta, Rabu (7/5/2014).
Saat ini Eropa sangat memimpin, Dorna (pemegang hak MotoGP) menginginkan Asia berada di level yang sama. Balapan tidak sederhana, di balik layar banyak detail yang harus dipelajari. Tidak hanya buat pebalap, tapi juga buat tim serta seluruh komponen balap. Sebab itu, kompetisi untuk mencari bibit muda gencar digelar, wujud nyata salah satunya adalah Shell Cup.
“Saat ini pebalap Eropa nyaris tak tersentuh. Kami menyediakan peralatan, memberikan penjelasan dan pengetahuan. Mereka (peserta Shell Cup) sangat beruntung, yang perlu dilakukan hanya mempersiapkan diri untuk balapan. Dengan begitu, harapan kami suatu saat nanti kita akan menemukan mereka di ajang lebih tinggi,” tambah Puig.
Indonesia
Ketika ditanyakan soal potensi pebalap Indonesia, Puig menjelaskan, jawabannya tidak mudah. Masih banyak yang perlu dibuktikan, karena mentor Dani Pedrosa dan Casey Stoner muda itu tidak lagi hanya mengandalkan feeling untuk memonitor bakat, tapi lebih ke perkembangan dan hasil.
Satu-satunya wakil Indonesia di ajang Shell Cup 2014, pebalap asal Sulawesi Selatan, Wilman Hammar (17), mengatakan, karakter binaan Puig keras dan tegas. “Puig mengatakan, kalau kamu jatuh, kamu harus pulang. Jadi kita takut memaksa terlalu agresif. Kalau dirasa kemampuan kita mentok segitu, ya segitu. Saya ragu eksplorasi jauh lagi karena sudah takut duluan,” ujar Wilman mengutarakan pendapat pribadinya.
Pebalap dituntut menemukan batas terakhir kemampuannya, tapi tanpa risiko terjatuh saat balapan. “Itu cukup sulit buat pebalap amatir seperti kita,” lanjut Wilman yang berhasil finis di posisi ke-10 di seri pertama Shell Cup 2014 di Sirkuit Losail, Qatar, Maret lalu.
Sugeng Budiarto, pendamping Wilman dari Astra Honda Motor, tambah menjelaskan, Puig menginginkan pebalap memahami dulu karakter Honda NSF 250R yang digunakan sebagai sepeda motor resmi. Setelah itu baru belajar menguasai detail lainnya.
“Menurut saya, perihal agresivitas pebalap Asia, dalam hal ini Indonesia, karena belum mengenal sepeda motornya. Kalau sudah kenal, mau seperti apa pasti bisa. Agresif itu kan berkaitan sama daya juang, kalau belum kenal dipaksakan juga percuma,” tutup Sugeng.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.