Yogyakarta, KompasOtomotif – Avanzanation Journey wilayah timur mengunjungi kota-kota di empat pulau Nusantara –Papua, Sulawesi, Bali, dan Jawa- semakin mendekati Jakarta. Setelah menyambangi dan memberikan donasi kepada warga korban bencana erupsi Gunung Kelud di Malang dan sekitarnya, perjalanan berlanjut lebih ke tengah pulau Jawa, tepatnya menuju Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), (6/3/2013).
Sebelum Indonesia merdeka, wilayah ini memiliki pemerintahan sendiri yang disebut Swapraja (zelfbestuure landschappen), yaitu gabungan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualam. Sejak 1950, Republik Indonesia (RI) mengeluarkan Undang-undang yang menetapkan Yogyakarta sebagai Ibu Kota sekaligus memberikan keistimewaan, yakni Kepala Daerah diangkat oleh Presiden dari keturuan keluarga yang berkuasa sebelum bergabung bersama RI.
Keasrian dan keindahan kota dikenal hingga mancanegara, DIY memiliki 9 kerja sama dengan daerah lain di luar negeri, diantaranya berupa program sister province dengan prefektur Kyoto, Jepang dan California, Amerika Serikat.
Tim mencoba mengenal lebih dekat masa lalu DIY dengan mengunjungi Keraton Yogyakarta atau sering disebut juga istana Ngayogyakarta Hadiningrat. Didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I pada 1755, rumah tradisi ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal Sultan Hamengku Buwono XI beserta rumah tangga istana.
Bangunan di dalam komplek memiliki arsitektur Jawa tradisional, di beberapa bagian bisa dilihat sentuhan budaya asing seperti Portugis, Belanda, ataupun China. Kebanyakan konstruksi bangunan berupa Joglo, yang tertutup dinamakan Gedhong (gedung) dan terbuka Bangsal. Bangunan kecil yang terlihat sederhana dengan kanopi bambu dinamakan Tratag.
Wilayah yang menyita perhatian kami, yaitu bekas taman dan kebun kesultanan yang kini menjadi objek wisata Taman Sari Yogyakarta. Lahan seluas 10 hektar dengan 57 bangunan berupa kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, dan danau.
Roro Jongrang
DIY selalu identik dengan cerita rakyat. Salah satu yang terkenal, kisah cinta pangeran yang berujung kutukan, Roro Jonggrang yang berarti dara langsing. Dongeng ini mengurai penjelasan asal muasal beberapa peninggalan sejarah berupa Candi Sewu, Keraton Ratu Baka, arca Dewi Durga, dan yang kami kunjungi, Candi Prambanan.
Puteri Kerajaan Prabu Baka, Roro Jonggrang bersedia menerima lamaran Pangeran Kerajaan Pengging, Bandung Bondowoso dengan syarat dibuatkan sumur yang dinamakan sumur Jalatunda dan membangun 1000 candi. Syarat pertama telah terpenuhi, namun yang kedua penuh tantangan.
Dibantu makhluk halus, jin, setan, dan dedemit dari dalam bumi, 999 candi berhasil dibangun sebelum matahari terbit. Namun Roro Jonggrang berniat buruk menggagalkan, dan membangunkan dayang-dayang istana dan perempuan desa untuk pura-pura beraktivitas pagi hari. Akibatnya seluruh bala bantuan Pangeran mengira telah pagi dan lari masuk ke bumi karena takut matahari. Ketika mengetahui muslihat itu, Pangeran mengutuk Rara Jonggrang menjadi arca untuk menggenapi 1000 candi.
Menarik, tim belajar kembali mitos yang sering terdengar sejak kecil. Perjalanan hari ini diselesaikan dengan pelajaran berarti. Besok, tim akan mengunjungi lebih banyak kebudayaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.