Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekan Emisi, TMMIN Pelajari Alternatif Konversi Mobil Listrik

Kompas.com - 23/01/2024, 11:02 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Toyota Indonesia menyebut bahwa konversi kendaraan bermotor dengan pembakaran dalam atau Internal Combustion Engine (ICE) ke listrik cukup penting untuk menekan emisi.

Pasalnya, meskipun sudah ada beberapa kendaraan listrik yang hadir di pasar, kendaraan konvensional masih akan diminati masyarakat. Sehingga dibutuhkan langkah-langkah untuk membuatnya ramah lingkungan.

"Saat ini kita memiliki 10 juta sampai 15 juta mobil ICE yang beredar. Jika 2030 kita punya target menurunkan emisi hanya mengandalkan produk baru saja, akan susah tercapai," kata Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, Senin (22/1/2024).

Baca juga: Produsen Knalpot Klaim Knalpot Buatannya Sudah Ikuti Aturan

Toyota Mirai menjadi salah satu mobil yang dipajang di xEV Center, di Karawang, Jawa Barat.Foto: Toyota Toyota Mirai menjadi salah satu mobil yang dipajang di xEV Center, di Karawang, Jawa Barat.

"Jadi, harus melibatkan mobil lama. Bagaimana caranya? Ini salah satu isu yang perlu kita solve. Yang dipelajari Toyota, lakukan konversi," ucap Bob, melanjutkan.

Bob mengungkapkan, Toyota kini sedang melakukan riset untuk konversi mobil berbahan bakar minyak jadi mobil listrik murni alias Battery Electric Vehicle (BEV).

Selain itu, perseroan juga berupaya mengonversi standar emisi gas buang misalnya dari Euro 2 menjadi Euro 4. Sehingga pilihan masyarakat untuk menggunakan kendaraan ramah lingkungan jadi lebih luas.

Langkah-langkah tersebut, sesuai dengan strategi Toyota dalam menuju era netralitas karbon melalui Multi-Pathways atau berkelanjutan dan turut mengajak seluruh elemen dapat berkontribusi terhadapnya.

Baca juga: Mengenal Baterai LFP yang Dibahas di Debat Cawapres

Toyota AE86 BEV ConceptDok. Toyota Toyota AE86 BEV Concept

"Selain BEV, biomasa itu juga merupakan satu alternatif juga untuk energi kita ke depan. Kalau masing-masing daerah dapat menerapkannya, kita bisa menekan ongkos logistik (karena penurunan konsumsi BBM)," ucap Bob.

"Kemudian juga bisa ke hidrogen karena dari biomasa, itu di luar negeri bisa menjadi hidrogen. Sekarang belum, kita masih cari bisnis modelnya," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau